[TULISAN
INI TERLAHIR USAI MENDENGARKAN KOTBAH PS. JOSE CAROL]
Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh
karena nama-Nya. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah
mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang
muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. Aku menulis kepada kamu, hai
anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa,
karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai
orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu
telah mengalahkan yang jahat. 1 Yohanes 2:12-14
Kita
telah belajar sesuatu yang sangat penting pada pertemuan ibadah minggu lalu,
bahwa ada tiga tahap pertumbuhan rohani dan kedewasaan rohani, yaitu tahap
anak, tahap orang muda, tahap bapa, lewat renungan firman Tuhan yang
disampaikan oleh Ps. Jose Carol. Kotbah yang sangat penting, menurut saya.
Bro & Sis, melalui apa yang telah disampaikan oleh Ps. Jose Carol, saya
disadarkan oleh Roh Kudus, bahwa kita seharusnya terus bertumbuh, dari tahap
anak, lalu ke tahap orang muda, hingga tahap bapa. Jika pada tahap anak adalah
menerima dan menikmati kasih karunia Allah, dan pada tahap orang muda menerima,
menikmati dan mulai menerapkan kasih karunia, maka pada tahap bapa menerima,
menikmati, menerapkan dan mulai menyalurkan kasih karunia kepada orang-orang
yang ada di sekitar kita, entah itu mereka yang masih anak atau telah menjadi
orang muda. Hei, bukankah ini seperti tanah yang mulanya menerima benih, lalu
mulai bertumbuh, dan pada akhirnya menghasilkan buah -sesuai dengan benih yang
telah ditabur oleh sang penabur. Ini adalah proses yang lumrah dan sudah
semestinya terjadi di dalam kehidupan kita, yaitu setiap putra-putri Allah.
Ketika kita berbicara tentang tahap bapa, yaitu tahapan (bukan tabungan BCA
loh) dimana kita telah menerima, telah menikmati, telah menerapkan dan mulai
menyalurkan kasih karunia Allah kepada orang-orang di sekitar kita, maka ...
ini bukan hanya berbicara soal menabur uang, tenaga, talenta dan waktu kita
bagi mereka, tetapi lebih berbicara bagaimana kita boleh menginvestasikan hidup
kita untuk membangun kehidupan orang lain, agar mereka boleh bertumbuh dari
tahap anak, melangkap ke tahap orang muda, hingga mencapai tahap bapa -yaitu
menjadi pribadi yang bukan hanya menerima, menikmati dan menerapkan kasih
karunia Allah, tetapi juga boleh terus bertumbuh dan menjadi sosok yang
menyalurkan kasih karunia dari Bapa Surgawi. Inilah makna yang sebenarnya
tentang mencapai tahap bapa di dalam kehidupan iman kita. Coba perhatikan
ayat-ayat berikut ini.
Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama
seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam
kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan
kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami
kasihi. ... Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya,
telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta
dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil
kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. 1 Tesalonika 2:7-8, 11-12
Ini adalah gambaran dari apa yang seharusnya akan terjadi, saat orang percaya
mencapai tahap bapa pada kehidupan imannya di dalam Kristus Yesus. Tidak ada
seorangpun akan disebut sebagai (mencapai tahap) bapa, bila ia hanya sibuk
dengan urusannya sendiri, hingga ia mulai menginvestasikan hidupnya untuk
anak-anaknya, seperti yang tertulis pada firman Tuhan di atas.
Karena itu, bagi saya pribadi, bacaan ayat firman Tuhan di atas, bukan hanya
berbicara tentang tahapan kerohanian yang harus kita capai -tak hanya berhenti
sampai pada tahap orang muda, apalagi hanya berkutat pada tahap anak saja,
melainkan terus bertumbuh dan mencapai tahap bapa; tetapi juga berbicara
tentang panggilan untuk menggembalakan. Panggilan untuk memuridkan,
seperti yang tertulis di dalam Matius 28:18-20: Yesus mendekati
mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan
di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Ini adalah panggilan
untuk memuridkan. Panggilan untuk Menggembalakan! Ada grooming
process yang terjadi di dalam hidup orang-orang yang dipercayakan Allah
pada dirinya, seperti yang tertulis pada ayat di atas.
Ini
adalah panggilan yang seringkali dihindari, ditolak dan diabaikan
oleh sebagian besar orang percaya, bahkan oleh mereka yang telah menjadi orang
Kristen bertahun-tahun. Mereka hanya berhenti dan berpuas diri pada tahap orang
muda. Alkitab telah menuliskan fakta yang sungguh menyedihkan ini, seperti yang
tertulis di dalam Ibrani 5:12, "Sebab sekalipun kamu, ditinjau
dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih
perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih
memerlukan susu, bukan makanan keras." Ketahuilah, saat kita tidak pernah
melangkah untuk menginvestasikan hidup kita, yaitu untuk membangun kehidupan
orang lain, maka kehidupan rohani kita akan mengalami kemandegan bahkan kejenuhan
-dan bukan tak mungkin akan mengalami kemerosotan. Kita akan mengalami
kemerosotan rohani dan menjadi seorang bocah Kristen tua! Mengapa? Sebab, saat
kita seharusnya mulai melangkah untuk menjadi bapa, pemurid dan pengajar,
tetapi kita lalu berusaha menghindari tahap dan panggilan tersebut,
sesungguhnya kita sedang berjalan di tempat di dalam perjalanan dan
pertumbuhan iman kita. Orang Kristen yang berjalan di tempat akan mengalami
kemandegan dan kejenuhan, tetapi orang beriman yang mau bergerak terus di perjalanan
iman mereka, mereka akan mengalami kehidupan iman yang terus bertumbuh dan
makin bergairah di dalam Kristus Yesus. Mereka mungkin akan mengalami banyak
pergumulan, tetapi mereka mengalami pengalaman-pengalaman ilahi bersama dengan
Bapa di dalam Kristus Yesus, yang membuat kehidupan iman mereka senantiasa
limpah kehidupan dan penuh kegairahan. Alkitab menuliskan, "Dengan selalu
mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi
seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok
iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini."
(1 Timotius 4:6).
Lalu,
apakah yang selama ini telah merintangi kebanyakan dari kita, untuk kita mulai
memasuki tahap bapa dan memenuhi panggilan Allah untuk menggembalakan kawanan
domba-Nya? Kasih akan Tuhan yang masih terbatasi! Alkitab menulis: Kata
Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga
kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya:
"Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
(Yohanes 21:17). Bukti, bahwa kita memang mengasihi Tuhan Yesus tanpa terbatasi,
kita pun akan bersegera untuk memenuhi panggilan-Nya, yaitu untuk
menggembalakan domba-domba-Nya. Namun, bila kasih kita akan Tuhan masih terus
terbatasi -yaitu kasih akan Tuhan yang masih terbatasi oleh kasih akan diri
sendiri, maka kita tidak akan pernah sanggup untuk memenuhi panggilan Tuhan
untuk menggembalakan kawanan domba-Nya. Kita tidak akan sanggup mengasihi
Tuhan tanpa terbatasi, selama kita masih sibuk mengasihani diri sendiri,
hingga kita terus-menerus berdalih untuk menghindari panggilan Tuhan tersebut
atas hidup kita. Ketika kita selalu merasa tidak mampu, merasa tidak layak,
takut gagal, takut membuat kecewa, dan hal-hal yang serupa dengan itu,
sesungguhnya kita sedang sibuk mengasihani diri kita sendiri, karena kita
hanya memikirkan kelemahan-kelemahan yang pada diri sendiri, dan bukannya apa
yang menjadi kerinduan Tuhan atas diri kita.
Hari ini, mari kita mau berhenti untuk mengasihani diri kita, entah itu karena
kita selalu berpijak dan hanya memandang pada kegagalan masa lalu,
ketidaklayakan hari ini atau kekuatiran akan apa yang ada di depan, karena
semua ini bukan tentang diri kita, tetapi ini semua hanya tentang TUHAN saja.
Kita hanya perlu mengikuti panggilan Tuhan dengan taat saja. Dan, segala
sesuatu yang masih membebani hati dan langkah kita, biarlah TUHAN yang mengurus
semuanya itu bagi kita. Kita hanya perlu memberikan diri kita untuk
menggembalakan kawanan domba-Nya. Itu saja yang perlu kita lakukan, selebihnya
itu adalah urusan Tuhan. Belajarlah dari Simon Petrus, sebagaimana yang
tertulis di dalam Lukas 5:5: Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam
kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau
menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Atau, dengan bahasa yang
lebih sederhana, mari kita mau berkata, "Tuhan Yesus, meski aku seringkali
gagal di masa lalu, hingga hari ini aku selalu merasa tidak layak, dan hatiku
dipenuhi kekuatiran akan apa yang akan terjadi di depan nanti, tetapi karena
Engkau menyuruhnya, aku akan mengikuti panggilan-Mu juga, yaitu untuk
menggembalakan kawanan domba-Mu, karena aku mengasihi-Mu." Akhirnya,
mari kita bersegera untuk memenuhi panggilan Tuhan, dan ... lihatlah
sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk
dituai. (Yohanes 4:35). Tuhan memberkati.