Pages

Tuesday, March 7, 2017

Kasih Karunia Allah

Ketika saya membaca 1 Korintus 1:1-31, saya menemukan fakta yang sangat baik dari sosok sang rasul, yaitu cara pandang Paulus terhadap kasih karunia Allah yang bekerja di dalam hidupnya, dan bagaimana semua itu telah mempengaruhi perjalanan pelayanannya sebagai rasul Kristus Yesus. Alkitab telah mencatat track record yang luar biasa dari perjalanan dan pencapaian dari pelayanan Paulus, rasul Kristus Yesus ini. 

SADAR TUJUAN ANUGERAH
Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. 2 Korintus 1:3-4

Paulus sungguh menyadari, bahwa tujuan dari anugerah yang telah ia terima dari Allah, bukan hanya untuk ia nikmati sendiri, tetapi supaya ia juga boleh DISANGGUPKAN untuk menyalurkannya kepada mereka yang membutuhkan.

Kesadaran akan tujuan dari anugerah Allah yang telah diterimanya, telah membuat Paulus begitu bergairah untuk menyalurkan apa yang telah ia terima dari Allah, saat ada orang-orang yang membutuhkan. Hal ini terlihat jelas, bagaimana Paulus begitu bersemangat untuk menjelaskan mengapa ia ingin berbagi dengan mereka, yaitu ... karena dirinya juga telah menerima anugerah Allah.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga telah bisa melihat dan menyadari tujuan dari anugerah Allah yang telah kita terima, yaitu supaya kita sanggup untuk menjadi berkat bagi komunitas dan sesama kita, serta melakukan semua itu dengan penuh gairah?

SADAR TUJUAN PROBLEMA
Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. 2 Korintus 1:8-9

Paulus sungguh menyadari, bahwa tujuan dari problema yang ia alami, saat ia melakukan pelayanan sebagai rasul Kristus Yesis, supaya ia TIDAK MENARUH KEPERCAYAAN PADA DIRINYA SENDIRI, tetapi hanya kepada Allah saja. Ia menjadi sadar akan keterbatasan akan kemampuan diri sendiri dan ketergantungan dirinya akan kasih karunia Allah.

Sebab itu, meski terjadi begitu banyak problema dan tantangan di dalam perjalanan pelayanannya, Paulus tidak pernah menjadi kecewa dan putus asa, apalagi sampai mundur dari panggilannya sebagai rasul. Ia tetap bergairah untuk melayani pekerjaan Allah dan makin bersandar kepada Dia.

Bagaimana dengan kita? Apakah berbagai problema yang terjadi dan gesekan yang kita alami selama ini, makin membuat kita bersandar kepada Allah dan bergairah untuk terus menjadi saluran berkat? Ataukah, justru membuat kita menjadi tawar hati dan tidak lagi melayani komunitas kita?

SADAR KARENA KASIH KARUNIA
Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah. 2 Korintus 1:12

Kita tahu, bahwa konsistensi untuk tetap memiliki ketulusan dan kemurnian motivasi di dalam melakukan satu pelayanan adalah perkara yang sangat sulit diterapkan, dan kita sungguh membutuhkan kasih karunia Allah, agar boleh memilikinya. Paulus sungguh menyadari kenyataan tersebut, dan ia tidak ragu-ragu mengakui hal itu, bagaimana kekuatan kasih karunia Allah telah memampukan dirinya, untuk boleh tetap memiliki ketulusan dan kemurnian.

Tak hanya itu, sang rasul juga mengakui dengan penuh kerendahan hati, jika ia boleh ada sebagaimana ia ada, semuanya itu karena kasih karunia Allah (1 Korintus 15:10).

Bagaimana dengan kita? Apakah kita selalu menyadari dan mengakui dengan penuh kerendahan hati, bahwa semua pencapaian yang boleh kita alami hari ini, baik itu di dalam hidup iman, nikah, keluarga, bisnis dan ministri kita, karena kasih karunia Allah yang telah dilimpahkan dan bekerja di dalam berbagai aspek hidup kita? Ataukah, kita justru merasa hebat dan menepuk dada atas semua pencapaian kita selama ini?

PENUTUP
Kawan, biarlah apa yang telah kita pelajari dan renungkan bersama, boleh menjadi inspirasi dan koreksi yang bermanfaat bagi kita semua, agar kita boleh semakin maksimal di dalam setiap aspek hidup kita. Gbu.

Friday, March 3, 2017

Tidak Berkata Benar tentang TUHAN

Ayub 42:7 : Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."

Alkitab mencatat, bahwa kesalahan ketiga sahabat Ayub -hingga TUHAN hendak melakukan aniaya terhadap mereka (Ayb 42:8), karena mereka telah berkata tidak benar tentang Dia di hadapan Ayub.

Kalimat 'tidak berkata benar tentang Aku' menunjukkan bahwa ketiga sahabat Ayub telah mengucapkan statement yang membuat orang yang mendengarkan mereka, memiliki persepsi yang keliru tentang Allah dan maksud-Nya (dan di dalam konyeks ini adalah apa yang mereka telah katakan tentang TUHAN kepada Ayub, sahabat mereka).

Kawan, berbicara tentang konteks 'tidak berkata benar tentang Aku' ini, ada dua kata-kata yang akan kita cermati bersama, yaitu 1) kata-kata yang menyesatkan, dan 2) kata-kata yang terlalu cepat menghakimi.

Kita akan melihat kata-kata yang pertama, yaitu kata-kata yang MENYESATKAN. Ini berbicara tentang pernyataan (kata-kata) yang tidak sesuai dengan prinsip firman Tuhan. Hal ini mengingatkan kita, untuk belajar firman Tuhan dengan baik, agar kita boleh mengenal kebenaran (Yoh 8:31-32), serta senantiasa meminta tuntunan Roh Kudus untuk membawa kita ke dalam seluruh kebenaran (Yoh 16:13), agar kita boleh dihindarkan dari 'tidak berkata benar tentang Aku'.

Alkitab menulis : Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau. (1 Tim 4:16).

Kini, kita akan melihat kata-kata yang kedua, yaitu kata-kata yang TERLALU CEPAT MENGHAKIMI. Ini berbicara secara khusus tentang pernyataan (kata-kata) yang terlalu cepat menyimpulkan bahwa keadaan buruk yang dialami orang sebagai akibat dari adanya dosa yang telah terjadi, dan TUHAN tidak suka (marah) dan telah menghukum mereka. Inilah yang telah dilakukan oleh ketiga sahabat Ayub. Mereka terlalu cepat menyimpulkan keadaan Ayub yang begitu buruk dengan kemungkinan adanya dosa yang belum dibereskan, hingga hal itu mendatangkan hukuman Tuhan atas Ayub, agar ia jera dan bertobat.

Akibatnya, bukannya Ayub boleh dikuatkan dan tetap percaya kepada TUHAN, ia malah memiliki persepsi yang keliru tentang Allah dan maksud-Nya berkaitan dengan situasi dan kondisi yang dialaminya. Lalu, Ayub pun mulai berbantah dengan ketiga sahabatnya, bahkan terpancing untuk mengecam, malah sampai mencela TUHAN (Ayb 39:34-35).

Alkitab menulis : Karena itu janganlah kita saling menghakimi lagi! Tetapi lebih baik kamu menganut pandangan ini: Jangan kita membuat saudara kita jatuh atau tersandung! (Rom 14:13).

Kawan, kita masih bisa melakukan kesalahan saat mengajar orang lain, dan semua bisa segera diselesaikan begitu kita mengakui kesalahan kita dan mengoreksi apa yang telah kita ajarkan tersebut. Namun, begitu kita terlalu cepat memghakimi orang lain, meski kita telah melakukan pemberesan, tetapi luka akibat penghakiman tersebut tak mudah untuk disembuhkan. Butuh waktu lama.

Tak hanya itu, saat kita terlalu cepat untuk menghakimi situasi dan kondisi orang lain, sesungguhnya kita sedang menggeser posisi TUHAN atas hidup kita dan orang itu, karena hanya Dia yang BERHAK untuk menghakimi.

Kiranya, coretan singkat ini, boleh menjadi reminder bagi kita semua, untuk berhati-hati dengan apa yang kita ajarkan dan jangan terlalu cepat untuk menghakimi, bahkan jika perlu ... jangan kita menghakimi lagi! Tuhan memberkati.