Friday, July 19, 2019
Tidak akan Terlelap
Thursday, July 11, 2019
Ketika Kita Ditolak
Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Mazmur 118:22
Ditolak. Kita semua pasti pernah mengalami reaksi penolakan dari orang-orang yang ada di sekitar kita dengan berbagai alasan, yang seringkali kita tidak bisa memahami mengapa hal itu terjadi. Dan, seringkali, karena begitu kerasnya penolakan yang terjadi, kita ingin melarikan diri dari komunitas tersebut dan meninggalkan tanggung jawab kita.
Bro & Sis, ketahuilah, bahwa keberadaan kita di dalam sebuah komunitas kita bukan sebuah kebetulan, tetapi TUHAN lah yang telah membuat semuanya itu terjadi, supaya kita boleh menjadi perpanjangan tangan dari maksud ilahi-Nya atas komunitas tersebut. Karena itu, saat terjadi penolakan -bahkan yang hebat sekalipun dari orang-orang yang ada di sekitar kita, jangan sampai kita menjadi tertolak oleh karenanya, hingga kita menjadi terkebiri oleh situasi tersebut dan tidak bisa berbuah dengan maksimal di tengah-tengah komunitas kita, seperti yang Ia mau.
Ayat firman Tuhan yang tertulis di atas, merupakan pengalaman penolakan yang telah terjadi di dalam kehidupan Daud, tetapi ayat ini sekaligus juga menuliskan ending dari reaksi penolakan tersebut, karena ia tetap bertahan dan terus berbuah seperti yang Allah mau. Daud telah menjadi batu yang tertolak oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi kemudian ia boleh menjadi batu penjuru di tengah-tengah mereka.
Apakah yang dimaksud dengan batu penjuru itu? Batu penjuru adalah batu pondasi yang diletakkan pada pertemuan dua dinding atau lebih, yang berfungsi untuk mengikat dinding-dinding tersebut. Inilah posisi batu pondasi yang sangat penting, agar sebuah bangunan tidak roboh, tetapi boleh berdiri dengan kokoh. Batu yang tertolak telah menjadi batu yang menjadi berkat dan sangat penting. Itulah yang dialami Daud.
Ketika Daud ditolak oleh ayah dan saudara-saudaranya, ia tetap mengasihi keluarganya dan ... telah menjadi berkat bagi mereka. Ketika Daud ditolak dan hendak dibunuh oleh Saul, rajanya, ia tidak membalas dendam bahkan telah menjadi berkat bagi keturunan Saul -yaitu Mefiboset.
Hmm ... apakah Daud adalah sosok yang begitu hebat, hingga ia mampu menganulir penolakan-penolakan yang terjadi di dalam hidupnya, bahkan ia telah menjadi berkat bagi mereka yang menolaknya? Tidak! Daud sendiri menuliskan pada ayat berikutnya, "Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita." (Mazmur 118:23).
Luar biasa, Bro & Sis, saat Daud memutuskan untuk tidak membiarkan penolakan-penolakan itu mengebiri hidupnya, tetapi ia justru berketetapan untuk terus berbuah, maka kekuatan yang dari TUHAN pun mengalir dan memberikan dia kekuatan untuk menanggung segala penolakan yang terjadi. Tak hanya itu, seperti ada tertulis, bahwa perbuatan ajaib yang dari TUHAN juga menyertai hidupnya, hingga batu yang tertolak itu boleh menjadi batu penjuru. Batu yang memberkati komunitasnya!
Ketahuilah, hal yang sama juga berlaku di dalam kehidupan Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita. Akitab menunjukkan, bagaimana Ia telah ditolak dengan begitu hebat (Ibrani 12:3 ~ dibaca ya), tetapi Yesus tidak pernah terintangi apalagi sampai terhenti untuk melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34 ~ dibaca ya), yaitu untuk menebus kita! (Ibrani 9:15 ~ dibaca ya). Alkitab menuliskan, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8).
Karena itu, hari ini, jika kita mengalami penolakan dari orang-orang yang ada di sekitar kita -apapun itu bentuknya, JANGAN PERNAH MENYERAH, apalagi sampai terintangi untuk tetap berbuah seperti yang Allah mau. Mereka boleh saja menolak kita, tetapi jangan pernah menjadi batu yang tertolak, maka ... pada waktunya TUHAN akan menjadikan kita menjadi batu penjuru. Kita akan menjadi berkat bagi mereka yang menolak kita, dan mereka akan memuliakan Bapa kita yang di sorga.
Akhirnya, adakah kita sedang menghadap penolakan yang begitu hebat atas hidup kita, dan sepertinya kita sudah tidak sanggup lagi menanggung semua penolakan itu? Ingatlah, jangan pernah menyerah -tidak perduli sebesar apapun penolakan yang kita alami, tetapi ... hampirilah tahta kasih karunia Allah, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya. Tuhan memberkati.
Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Ibrani 4:14-16
Monday, July 1, 2019
Baru Sekali Ini
"Pak Nirwan, baru sekali ini saya mendengar konsep kerja sama yang memperhatikan kepentingan kedua belah pihak, seperti Bapak sampaikan tadi. Biasanya, selama ini, kalau saya melakukan kerja sama, ya kami hanya memikirkan apa yang menguntungkan pihak kami," demikian ujar rekan saya, saat kami sedang mendiskusikan konsep kerja sama yang bakal kami terapkan untuk proyek yang akan kami kerjakan bersama nantinya.
Ketika saya mendengar ucapan rekan saya tersebut, saya hanya tersenyum kecil, dan menjelaskan kepada rekan saya tersebut, mengapa saya memiliki konsep kerja sama tersebut. Dan, jauh di dalam lubuk hati saya, saya sungguh bersyukur, karena TUHAN boleh menanamkan konsep berpikir tersebut di dalam hati saya, hingga saya boleh menjadi berkat dan terang bagi rekan kerja saya tersebut.
Saya bersyukur, bukan hanya karena TUHAN telah menanamkan konsep berpikir tersebut, tetapi juga karena Ia telah mengaruniakan Roh-Nya yang kudus, yang memberikan saya keberanian dan kekuatan untuk menerapkan cara berpikir yang seturut prinsip Kerajaan Allah, bukan hanya di dalam lingkup 'rohani' saja, tetapi juga di dalam dunia kerja. Saya sama sekali tidak berani menepuk dada, karena semua itu telah terjadi oleh karena kasih karunia Allah saja.
Sore itu, usai pertemuan kami dan kami berpisah, kembali saya teringat akan apa yang selama ini selalu diingatkan oleh para pastor kami, bahwa kita ini adalah generasi bintang di tengah-tengah dunia ini, untuk menerangi komunitas kita dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Yup, benar sekali, kita ini adalah garam dan terang dunia. Itulah identitas dan panggilan kita, sebagai orang percaya, di tengah dunia ini.
Filipi 2:14-16
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, ...
Roma 14:17-18
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
Tuhan memberkati!