Pages

Tuesday, June 25, 2019

Ekspresi yang Seharusnya

Bacaan: Mazmur 100
  1. Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!
  2. Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
  3. Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
  4. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
  5. Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Bro & Sis, bagaimanakah ekspresi kita, saat hari Minggu tiba, yang artinya tiba waktunya untuk kita beribadah? Atau, bagaimanakah ekspresi kita, saat tiba hari-hari tertentu, untuk menghadiri pertemuan-pertemuan ibadah yang biasa kita hadiri? Kita bukan sedang membicarakan ekspresi orang lain, tetapi ekspresi kita sendiri. Hmm ... mungkin ada yang bertanya, mengapa kita perlu membicarakan ekspresi kita ini? Jawabannya sederhana, karena ekspresi atau sikap hati kita di dalam mengikuti pertemuan-pertemuan ibadah kita, akan mempengaruhi seberapa besar berkat yang akan kita petik nantinya.

Coba renungkan. Misalnya, kita diajak dan ditraktir oleh rekan kita, untuk menikmati salah satu kuliner kesukaan kita, tetapi hari itu hati kita sedang kusut karena sesuatu perkara. Nah, yang menjadi pertanyaan, bisakah kita menikmati acara kuliner tersebut? Hmm, jangankan untuk menikmati suasana acara kuliner, untuk menelan hidangan kesukaan kita saja rasanya seperti tersangkut di tenggorokan kita. Hal yang sama juga berlaku, saat kita menghampiri pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan ekspresi atau sikap hati yang kusut, terpaksa, rutinitas atau yang serupa dengan itu. Kita tidak bisa menuai atau menikmati berkat yang besar -padahal kita akan bertemu dengan TUHAN yang hadir, saat dua tiga orang berkumpul dalam nama-Nya.

Bro & Sis, jika kita merujuk pada Mazmur 100 di atas, seharusnya kita menghampiri pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian.

Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! ... Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!

Ketika kita senantiasa menghampiri dan memasuki pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan ekspresi dan sikap hati seperti ini, kita akan selalu bisa menikmati dan menuai berkat yang maksimal, karena TUHAN hadir di dalamnya. Kita akan menikmati berkat yang maksimal, sebagaimana yang TUHAN telah sediakan bagi kita semua hari itu, dan memang itu yang Ia mau untuk kita terima dan nikmati.

Namun, ekspresi dan sikap hati bukanlah sesuatu yang bisa dibuat-buat atau dipaksakan, karena itu pemazmur di atas menuliskan, supaya kita boleh senantiasa mengingat dan menyadari akan keberadaan dan perbuatan TUHAN di dalam berbagai aspek hidup kita. Hal inilah yang akan melahirkan sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian di dalam hati kita, kita akan menghampiri atau memasuki pertemuan-pertemuan ibadah kita. Sebab, kita tahu, bahwa TUHAN ada di sana dan kita akan menikmati berkat-berkat-Nya yang begitu limpahnya atas berbagai aspek hidup kita.

Satu, pemazmur menuliskan, bahwa TUHAN adalah pencipta kita dan kita adalah kepunyaan-Nya. Kita adalah umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Itu artinya, bahwa hidup kita sepenuhnya ada di dalam pemeliharaan dan penyertaan-Nya yang ajaib, berkuasa dan penuh kasih atas kita. Hei, bukankah seharusnya fakta ini membuat hati kita dipenuhi oleh sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian, saat kita hendak bertemu dengan Dia di dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita?

Dua, pemazmur mengingatkan betapa baiknya TUHAN atas kita. Betapa kasih setia-Nya tak pernah berkesudahan atas hidup kita, bahkan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun. Yup, seperti ada tertulis, "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23) Hei, bukankah seharusnya fakta ini juga membuat hati kita makin dipenuhi oleh sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian, saat kita hendak bertemu dengan Dia di dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita?

Karena itu, jangan lagi kita menghampiri dan memasuki pertemuan-pertemuan ibadah kita -entah itu ibadah raya, komsel atau apapun namanya, dengan hati yang enggan atau terpaksa-apalagi sampai menggerutu, karena tidak sepantasnya kita memiliki ekspresi dan sikap hati seperti itu, setelah kita mengingat dan menyadari akan keberadaan dan perbuatan TUHAN yang begitu luar biasa atas berbagai aspek hidup kita.

Hmm ... tunggu dulu, apakah perenungan ini hanya berlaku di dalam lingkup aspek pertemuan ibadah saja? Tentu saja tidak! Ketahuilah, bahwa sebenarnya lingkup kata 'ibadah' tak hanya berbicara soal pertemuan ibadah saja, tetapi mencakup setiap aspek hidup kita, entahkah itu pernikahan, keluarga, bisnis atau ministri. Karena TUHAN dan berkat-Nya yang limpah tidak hanya hadir di dalam pertemuan ibadah kita, tetapi Ia juga hadir dan berkarya di dalam setiap aspek hidup kita. Apapun itu.

Karena itu, pastikan, bahwa kita boleh senantiasa memulai setiap aspek hidup kita dengan ekspresi dan sikap hati yang penuh sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian, dan ... alamilah berkat-berkat-Nya yang limpah di dalam apapun kita lakukan. Tuhan memberkati.

Wednesday, June 19, 2019

Tak Kenal, maka Tak Sayang

Mazmur 91:1-2
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."

Kita semua pasti pernah mendengar ungkapan ini ... tak kenal, maka tak sayang. Maksudnya, jika kita masih belum mengenal atau mencoba sesuatu hal, kita tidak akan benar-benar menyukai atau menyenangi hal tersebut, meski banyak orang yang mempromosikannya. Ini adalah hal yang lumrah dan wajar.

Hal yang sama juga berlaku di dalam hidup iman kita di dalam TUHAN -yang kita kenal di dalam nama Kristus Yesus, seperti tersirat di dalam doa Musa, abdi Allah itu.

Lewat doa yang tertulis di dalam Mazmur 91:1-2 tersebut, Musa mengungkapkan, bahwa orang YANG DUDUK dalam lindungan Yang Mahatinggi dan BERMALAM dalam naungan Yang Mahakuasa, ini berbicara tentang orang yang telah mengecap perlindungan dan kubu pertahanan secara pribadi dan langsung, dan bukan hanya dari kata hamba Tuhan saja. Itu artinya, orang ini telah mengalami dan melihat sendiri apa yang telah terjadi, saat ia duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa.

Lebih lanjut, Musa mengungkapkan di dalam doanya, bahwa orang inilah yang akan bisa berkata kepada TUHAN [bahkan mungkin akan bersaksi]: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, YANG KUPERCAYAI." Ini adalah kata-kata atau lebih tepatnya pengakuan yang hanya mungkin lahir dari pengalaman nyata hidup bersandar kepada TUHAN.

Hari ini, ada banyak dari kita, saat kita menghadapi berbagai problema dan berdoa untuk meminta pertolongan kepada TUHAN, tetapi hati kita tetap diliputi oleh kecemasan dan kebimbangan terhadap pertolongan-Nya. Bahkan, tak sedikit dari kita, saat terjadi berbagai problema di dalam hidup kita, kita lebih terpikir mencari pertolongan manusia, dan bukannya mencari TUHAN terlebih dulu. Mengapa? Jawabannya sederhana, karena kita tidak pernah belajar untuk duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa, hingga tidak pernah mengalami secara pribadi dan nyata perlindungan dan kubu pertahanan-Nya yang begitu ajaib di dalam berbagai aspek hidup kita.

Karena itu, mari kita mulai belajar untuk bersandar kepada TUHAN di dalam berbagai situasi dan kondisi hidup kita, dan alamilah secara pribadi dan nyata akan pertolongan-Nya yang ajaib di dalam berbagai aspek hidup kita, hingga kita berkata dan bersaksi, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan SANGAT TERBUKTI." (Mazmur 46:1). Yup, seperti yang diserukan Daud, sang pemazmur itu, di dalam Mazmur 34:8, "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!"

Ingat, tak kenal, maka tak sayang! GBU.

Monday, June 17, 2019

Itulah Allah-nya Kita

Bro & Sis, bagaimana kita mengenal dan memandang Allah dengan benar dan tepat, hal itu akan sangat mempengaruhi kualitas dari perjalanan hidup kita bersama dengan Dia.

ALLAH ADALAH ALLAH KITA
Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Mazmur 67:7
 
Kita semua percaya dan mengakui, bahwa Allah akan dan telah memberkati berbagai aspek hidup kita. Namun, lewat apa yang tertulis di dalam Mazmur 67:7, Daud ingin menegaskan, bahwa Allah yang akan dan telah memberkati kita adalah Allah-nya kita. Dia adalah bagian kita. Dia ada di pihak kita. Intinya, saat Allah memberkati kita, hal itu telah terjadi bukan karena beroleh giliran mengalami nasib baik, tetapi karena Dia adalah Allah-nya kita, dan itulah sebabnya Ia perduli dan telah memberkati kita. Ini adalah kebenaran yang harus kita sadari, saat kita berdoa kepada Allah dan bersandar pada pertolongan-Nya, bahwa Ia adalah Allah nya kita. Ia pasti sungguh perduli dengan segala yang kita doakan.

SEPERTI ITULAH ALLAH KITA
Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; ... Mazmur 68:6

Kita semua menaruh harapan dan bersandar kepada Allah, saat kita sedang menjalani berbagai aspek hidup kita bersama dengan Allah. Namun, entah kita sadar atau tidak, bahwa kualitas pengharapan kita sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara kita mengenal dan memandang hati Allah bagi kita. Karena itu, Daud telah menuliskan di dalam Mazmur 68:6, bahwa Allah yang kepada-Nya kita menaruh harapan kita dan bersandar kepada-Nya adalah Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, seperti itulah Allah kita. Allah adalah Bapa dan Pelindung bagi kita yang berharap dan bersandar kepada-Nya. Karena itu, jangan pernah ragu dan bimbang, untuk menaruh harapan dan bersandar kepada Allah, Ia pasti sangat perduli dengan keberadaan kita, dan memang itulah Allah kita.

INILAH ALLAH BAGI KITA
Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut. Mazmur 68:21

Kita semua menyadari dan mengakui sepenuhnya, bahwa perjalanan hidup kita di atas muka bumi ini penuh dengan tantangan dan kesulitan. Karena itu, bagaimana cara kita memandang Allah bagi diri kita akan sangat mempengaruhi apakah kita akan 1) menjadi mager dan memilih untuk give up atau 2) tetap move on dan memilih untuk terus berjuang dan meraih kemenangan yang telah Allah sediakan di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Itulah sebabnya, Daud telah mengingatkan kita semua di dalam Mazmur 68:21, bahwa Allah bagi kita adalah Allah yang menyelamatkan dan memberi keluputan bagi kita, umat kepunyaan-Nya. Yes! Haleluya! Karena itu, apapun yang sedang kita hadapi hari-hari ini, jangan pernah kita menjadi kecut dan tawar hati, apalagi sampai kita memilih untuk menyerah, karena Allah pasti akan menyelamatkan kita dan memberikan keluputan bagi kita yang percaya, ya ... itulah Allah bagi kita.

Karena itu, pastikan, mulai hari ini kita boleh mengenal dan memandang Allah kita dengan benar dan tepat: siapakah Dia bagi kita, bagaimana hati-Nya bagi kita dan apakah yang akan Ia lakukan bagi kita. Tuhan memberkati!