Bacaan: Mazmur 100
- Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi!
- Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!
- Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.
- Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
- Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Bro & Sis, bagaimanakah ekspresi kita, saat hari Minggu tiba, yang artinya tiba waktunya untuk kita beribadah? Atau, bagaimanakah ekspresi kita, saat tiba hari-hari tertentu, untuk menghadiri pertemuan-pertemuan ibadah yang biasa kita hadiri? Kita bukan sedang membicarakan ekspresi orang lain, tetapi ekspresi kita sendiri. Hmm ... mungkin ada yang bertanya, mengapa kita perlu membicarakan ekspresi kita ini? Jawabannya sederhana, karena ekspresi atau sikap hati kita di dalam mengikuti pertemuan-pertemuan ibadah kita, akan mempengaruhi seberapa besar berkat yang akan kita petik nantinya.
Coba renungkan. Misalnya, kita diajak dan ditraktir oleh rekan kita, untuk menikmati salah satu kuliner kesukaan kita, tetapi hari itu hati kita sedang kusut karena sesuatu perkara. Nah, yang menjadi pertanyaan, bisakah kita menikmati acara kuliner tersebut? Hmm, jangankan untuk menikmati suasana acara kuliner, untuk menelan hidangan kesukaan kita saja rasanya seperti tersangkut di tenggorokan kita. Hal yang sama juga berlaku, saat kita menghampiri pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan ekspresi atau sikap hati yang kusut, terpaksa, rutinitas atau yang serupa dengan itu. Kita tidak bisa menuai atau menikmati berkat yang besar -padahal kita akan bertemu dengan TUHAN yang hadir, saat dua tiga orang berkumpul dalam nama-Nya.
Bro & Sis, jika kita merujuk pada Mazmur 100 di atas, seharusnya kita menghampiri pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian.
Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! ... Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
Ketika kita senantiasa menghampiri dan memasuki pertemuan-pertemuan ibadah kita dengan ekspresi dan sikap hati seperti ini, kita akan selalu bisa menikmati dan menuai berkat yang maksimal, karena TUHAN hadir di dalamnya. Kita akan menikmati berkat yang maksimal, sebagaimana yang TUHAN telah sediakan bagi kita semua hari itu, dan memang itu yang Ia mau untuk kita terima dan nikmati.
Namun, ekspresi dan sikap hati bukanlah sesuatu yang bisa dibuat-buat atau dipaksakan, karena itu pemazmur di atas menuliskan, supaya kita boleh senantiasa mengingat dan menyadari akan keberadaan dan perbuatan TUHAN di dalam berbagai aspek hidup kita. Hal inilah yang akan melahirkan sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian di dalam hati kita, kita akan menghampiri atau memasuki pertemuan-pertemuan ibadah kita. Sebab, kita tahu, bahwa TUHAN ada di sana dan kita akan menikmati berkat-berkat-Nya yang begitu limpahnya atas berbagai aspek hidup kita.
Satu, pemazmur menuliskan, bahwa TUHAN adalah pencipta kita dan kita adalah kepunyaan-Nya. Kita adalah umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Itu artinya, bahwa hidup kita sepenuhnya ada di dalam pemeliharaan dan penyertaan-Nya yang ajaib, berkuasa dan penuh kasih atas kita. Hei, bukankah seharusnya fakta ini membuat hati kita dipenuhi oleh sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian, saat kita hendak bertemu dengan Dia di dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita?
Dua, pemazmur mengingatkan betapa baiknya TUHAN atas kita. Betapa kasih setia-Nya tak pernah berkesudahan atas hidup kita, bahkan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun. Yup, seperti ada tertulis, "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23) Hei, bukankah seharusnya fakta ini juga membuat hati kita makin dipenuhi oleh sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian, saat kita hendak bertemu dengan Dia di dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita?
Karena itu, jangan lagi kita menghampiri dan memasuki pertemuan-pertemuan ibadah kita -entah itu ibadah raya, komsel atau apapun namanya, dengan hati yang enggan atau terpaksa-apalagi sampai menggerutu, karena tidak sepantasnya kita memiliki ekspresi dan sikap hati seperti itu, setelah kita mengingat dan menyadari akan keberadaan dan perbuatan TUHAN yang begitu luar biasa atas berbagai aspek hidup kita.
Hmm ... tunggu dulu, apakah perenungan ini hanya berlaku di dalam lingkup aspek pertemuan ibadah saja? Tentu saja tidak! Ketahuilah, bahwa sebenarnya lingkup kata 'ibadah' tak hanya berbicara soal pertemuan ibadah saja, tetapi mencakup setiap aspek hidup kita, entahkah itu pernikahan, keluarga, bisnis atau ministri. Karena TUHAN dan berkat-Nya yang limpah tidak hanya hadir di dalam pertemuan ibadah kita, tetapi Ia juga hadir dan berkarya di dalam setiap aspek hidup kita. Apapun itu.
Karena itu, pastikan, bahwa kita boleh senantiasa memulai setiap aspek hidup kita dengan ekspresi dan sikap hati yang penuh sukacita, sorak-sorai, nyanyian syukur dan puji-pujian, dan ... alamilah berkat-berkat-Nya yang limpah di dalam apapun kita lakukan. Tuhan memberkati.