Pages

Friday, October 11, 2019

Ngobrol tentang FOKUS [part 02]

Bantuan untuk Fokus
Artikel ini terinspirasi dari tema gereja kami pada bulan September kemarin, dan juga dari kotbah-kotbah para pastor kami sepanjang bulan kemarin. Semoga boleh menjadi berkat.

Bro & Sis, pada artikel yang sebelumnya, aku telah berbagi tentang Fokus telah Berubah –yang berbicara tentang adanya potensi untuk fokus kita menjadi bias dan berubah, dan apa saja yang memicu terjadinya hal tersebut. Itu adalah bagian pertama dari dua sharing yang aku ingin bagikan kepada kalian, berkaitan dengan tema fokus ini. Aku memberikan judul untuk sharing-ku yang kedua ini, Bantuan untuk Fokus. Aku menyadari sepenuhnya, bahwa mempertahankan fokus kita untuk tetap on the track bukanlah perkara yang mudah, dan untuk itulah ... sesungguhnya Tuhan telah menyediakan berbagai bantuan yang kita butuhkan –bahkan tersedia di sekeliling kita, begitu dekat dengan kita. Persoalannya, ada banyak dari kita yang tidak menyadari ketersediaan bantuan yang kita butuhkan tersebut, karena keberadaannya tidak se-perti yang kita pikirkan. Hmm?! Kita akan segera memulainya ya.

KENALI ALARM DARI TUHAN

Bro & Sis, bahwa seringkali aku terlambat untuk menyadari bahwa fokusku telah berubah, karena aku ti-dak mengenali alarm dari Tuhan saat fokusku mulai berubah. Hei, tahukah kalian, mengapa aku seringkali kesulitan dan terlambat untuk mengenali alarm dari Tuhan? Jawabannya sederhana, karena seringkali bunyi alarm itu terdengar tidak enak di telinga dan hati kita, tetapi memang begitulah seharusnya bunyi alarm, agar ia boleh menyentakkan kesadaran kita yang sedang terlena dan membuat kita tersadar bahwa ada bahaya yang menanti kita. Berbicara tentang alarm, aku teringat, saat api mulai membakar kantor kami beberapa tahun yang lalu, seorang staf mendekati mejaku dan berkata dengan sopan dan pelan, “Pak Nirwan, ada api.” Kataku, “Aku kan tidak merokok,” karena biasanya orang yang ingin meminjam korek api, akan berkata, “Permisi, apa bisa minta apinya.” Tiba-tiba seorang staf yang lain menerobos masuk, dan berteriak, “Pak Nirwan, ayo cepat keluar, gedungnya kebakaran.” Kami langsung berlarian keluar meninggalkan gedung tempat kami berkantor, yang memang sudah mulai dikuasai dengan api dan diselimuti oleh asap tebal. Memang alarm itu harus menyentakkan kesadaran kita.

Hari ini, jika kita mendengar masukan, nasehat, teguran, keluhan, kritik atau bahkan kecaman, yang terasa begitu menyentak ego dan menusuk hati kita –termasuk dari orang-orang yang menurut kita tidak pantas melakukannya, jangan terburu-buru bereaksi buruk ... mungkin itu alarm dari Tuhan, bahwa ada yang tidak beres dengan cara hidup kita. Fokus kita telah berubah. Ini adalah bantuan dari Tuhan, agar fokus kita tetap on the track. Sebab, mungkin selama ini kita tidak cukup ngeh untuk bisa menangkap alarm dari Tuhan, saat Roh Kudus telah mengingatkan kita dengan lembut –termasuk melalui jam-jam doa dan pembacaan Alkitab kita. Karena itu, demi kasih-Nya yang begitu besar, maka Tuhan telah mengirimkan alarm yang lebih kuat lagi, agar Ia boleh menarik perhatian kita yang telah teralihkan.

SELALU TERKONEKSI DENGAN TUHAN

Realignment. Kata ‘realignment’ berarti diselaraskan kembali sesuai dengan kondisi semula. Kita semua pasti pernah mengenal kata ‘spooring and balancing’ ini. Kita perlu melakukan spooring and balancing (atau dalam bahasa Indonesia disebut laras dan imbang) terhadap roda-roda kendaraan kita beberapa periode waktu tertentu -terutama saat kita mulai merasakan ketidakseimbangan kendaraan kita. Ini adalah akibat normal pemakaian sebuah kendaraan. Hal yang sama juga terjadi dengan fokus hidup kita. Kita perlu senantiasa melakukan realignment dengan fokus hidup kita, agar fokus kita tetap on the track dan selaras dengan kehendak Tuhan, karena apa yang kita lihat, dengar dan alami di dalam keseharian kita berpotensi untuk membuat kita terkontaminasi hingga fokus kita menjadi berubah.

Hei, tak hanya itu, tetapi juga oleh karena kelemahan manusiawi kita yang cenderung merasa diri paling benar, hingga seringkali kita lambat untuk menyadari saat fokus kita mulai berubah, sebagaimana ada tertulis, “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.” (Amsal 16:2). Karena itu, kita perlu senantiasa terkoneksi dengan Tuhan dan firman-Nya, agar kita boleh cepat tersadar dan boleh segera melakukan realignment terhadap fokus kita yang mulai atau telah berubah. ASAP. As soon as possible. Ketika kita selalu terkoneksi dengan Tuhan dan firman-Nya, maka Roh Kudus akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, hingga kita boleh disadarkan kembali dari fokus kita yang mulai dan telah berubah, dan boleh segera diselaraskan kembali dengan fokus kita yang semula –dan terutama dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup kita.

Lalu, pertanyaannya, bagaimana kita boleh selalu terkoneksi dengan Tuhan dari waktu ke waktu? Alkitab menunjukkan begitu banyak hal bagaimana kita boleh terkoneksi dengan Tuhan, hingga kita selalu ter-alignment dengan Dia dan firman-Nya. Kita akan melihat beberapa aspek.

SATU, melalui persekutuan pribadi kita dengan Tuhan, baik itu di dalam jam-jam doa kita atau pembacaan Alkitab kita. Ini adalah momen yang sangat penting, bagi setiap orang percaya, agar fokus mereka boleh senantiasa on the track dan selaras dengan kehendak-Nya. Itu sebabnya, sebelum Yosua mulai memimpin bangsa Israel memiliki negeri yang Tuhan janjikan, Ia berfirman, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8). Mengapa? Karena apa yang akan dilihat, didengar dan dialami oleh Yosua di dalam perjalanan memimpin bangsa Israel, berpotensi untuk membuat fokusnya terkontaminasi dan berubah. Sebab itu, Tuhan telah memerintahkan kepada Yosua, untuk merenungkan dan mem¬per-katakan kitab Taurat itu siang dan malam, agar ia boleh senantiasa mengalami realignment saat fokus¬nya mulai terkontaminasi dan berubah, hingga Yosua boleh tetap on the track.

Hei, firman yang senada juga telah disampaikan Yesus, seperti tertulis di dalam Yohanes 8:31-32, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Ketika kita senantiasa dipenuhi oleh firman Kristus siang dan malam, kita akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan menerangi dan memerdekakan kita dari ketidaksadaran kita, saat hati dan pikiran kita mulai terkontaminasi oleh apa yang kita lihat, dengar dan alami, hingga perlahan-lahan fokus kita mulai berubah. Kebenaran itu akan mengerjakan realignment atas hati dan pikiran kita, hingga kita boleh kembali on the track. Hal ini juga diingatkan kembali oleh Paulus, melalui suratnya kepada Timotius, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17). Kita membutuhkan firman Allah.

Bro & Sis, hal inilah yang aku lakukan saat aku terbangun dan sebelum matahari menyapa aku –entah aku berada dalam situasi baik atau kondisi lesu, yaitu merenungkan firman Tuhan. Hei, ini bukan karena aku terlalu rohani, tetapi karena aku memang sungguh membutuhkan firman-Nya untuk senantiasa menjadi pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku, agar fokusku tetap on the track.

DUA, melalui persekutuan orang-orang kudus, baik itu melalui pertemuan-pertemuan ibadah setiap hari Minggu, kelompok-kelompok sel, atau apapun namanya. Inilah yang diajarkan oleh firman Allah, seperti ada tertulis, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25). Kata ‘pertemuan-pertemuan ibadah’ di sini menunjuk bahwa ada lebih dari satu jenis dan jumlah pertemuan ibadah, hal ini mengingatkan kita semua, bahwa kita tak bisa hanya mengandalkan pertemuan ibadah yang cuma seminggu sekali. Apalagi, jika kita hanya dikotbahi saja di dalam pertemuan ibadah tersebut, kita membutuhkan yang lebih dari itu, yaitu pertemuan-pertemuan ibadah yang di dalamnya kita saling menasihati satu dengan yang lain. Kita saling berbagi pengalaman, kesaksian dan kebenaran, supaya kita boleh saling diingatkan, dikuatkan dan disadarkan, hingga kita beroleh bantuan, jika ternyata ada yang tidak beres dengan fokus hidup kita.

Hal ini disadari sepenuhnya oleh Paulus, seperti yang ia tuliskan di dalam suratnya, “Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu. Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu, yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku.” (Roma 1:10-12), dan lebih lanjut ia menuliskan, “... aku harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat singgah di tempatmu dan bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku ke sana, SETELAH aku seketika menikmati pertemuan dengan kamu.” (Roma 15:24). Bro & Sis, hal ini juga yang aku rasakan, bagaimana aku beroleh banyak bantuan, saat aku mendengar pengalaman, kesaksian dan kebenaran yang dibagikan oleh saudara-saudariku, ketika kami berkumpul bersama, hingga fokus hidupku boleh senantiasa on the track dan diselaraskan dengan kehendak Tuhan.

BERSANDARLAH KEPADA TUHAN

Ketahuilah, bahwa TUHAN rindu untuk menolong kita, agar kita boleh mencapai apa yang men¬jadi fokus hidup kita di dalam Dia. Karena itu, Ia telah menyediakan begitu banyak bantuan bagi kita, agar fokus hidup kita tetap on the track dan boleh menyelesaikan pertandingan kita dengan semaksimal mungkin. Apabila kita menyadari, betapa kita sangat terbatas dan sungguh membutuhkan pertolongan TUHAN untuk memimpin setiap langkah-langkap hidup kita, biarlah kita senantiasa meletakkan pengharapan kita dan mengandalkan TUHAN di dalam apapun yang kita lakukan, sebagaimana doa dari Daud, sang pemazmur itu, di dalam Mazmur 26:2-3, “Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu,” dan di dalam Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Bro & Sis, lewat doa dari Daud ini, kita bisa melihat, bahwa 1] Daud sungguh menyadari keterbatasan dirinya, bahwa ia berpotensi untuk menyimpang dari kehendak Tuhan dan fokus hidupnya, tetapi 2] ia juga mempercayai sepenuhnya, bahwa Tuhan tidak akan membiarkan fokus hidupnya menyimpang, melainkan akan menuntun hidupnya di jalan yang kekal. Karena itu, seperti tertulis di dalam Amsal 3:5-6, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” GBU. # (selesai)

Thursday, October 3, 2019

Ngobrol tentang FOKUS [part 01]

Fokus telah Berubah
Artikel ini terinspirasi dari tema gereja kami pada bulan September kemarin, dan juga dari kotbah-kotbah para pastor kami sepanjang bulan kemarin. Semoga boleh menjadi berkat.

Bro & Sis, bulan September ini kita sedang belajar tentang FOCUS. Minggu pertama, Ps. Jeffrey Rachmat menyampaikan kotbah dengan topik Salah Fokus, dan lewat apa yang telah ia kotbahkan, kita telah belajar bagaimana kita boleh memiliki fokus yang benar di dalam berbagai aspek hidup kita. Lalu, minggu kedua, kembali Ps. Jeffrey Rachmat menyampaikan kotbah dengan topik Multiple Choice, dan lewat apa yang telah ia kotbahkan, kita telah belajar bagaimana kita boleh tetap memiliki fokus yang benar, saat kita diperhadapkan dengan berbagai pilihan yang menggoda kita. Dan, minggu kemarin (minggu ketiga), Ps. Jose Carol menyampaikan kotbah dengan topik Why Focus, dan lewat apa yang telah ia kotbahkan, kita boleh belajar mengapa kita perlu memiliki fokus di dalam menempuh perjalanan hidup kita. Ini benar-benar sebuah seri kotbah yang sangat penting bagi hidup kekristenan kita, agar kita boleh menempuh dan meraih kehidupan yang maksimal di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Nah, berpijak dari tema kita bulan ini dan melalui apa yang telah disampaikan oleh para pastor kita, aku tergerak untuk berbagi sedikit tentang fokus ini. Aku memberikan judul untuk sharing-ku ini, Fokus telah Berubah. Kerinduan untuk membagikan sharing ini mencuat, karena aku sendiri pernah mengalami situasi dari fokus yang telah berubah ini, dan melihat bagaimana hal ini telah melahirkan banyak kerugian di dalam perjalanan hidupku. Aku tidak ingin kalian mengalami hal yang serupa. Kalian mungkin akan bertanya, apakah yang dimaksud dengan Fokus telah Berubah ini?

MELAYANI UNTUK TUHAN?

Ketika aku menjadi percaya dan menerima Kristus Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamat atas hidupku, hatiku begitu rindu untuk menyenangkan hati-Nya, sebagai respon atas kasih-Nya yang begitu besar akan aku, karena Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus aku. Karena itu, saat aku beroleh kesempatan untuk melayani pekerjaan Tuhan, aku langsung merespon panggilan-Nya dengan antusias. Aku begitu giat dalam pekerjaan Tuhan, dan motivasiku hanya satu –yaitu karena aku mengasihi Dia dan rindu untuk menyenangkan hati-Nya dengan segenap hati, jiwa dan akal budiku.

Bro & Sis, waktu terus berjalan dan kerajinanku tidak pernah menjadi kendor di dalam melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tanpa aku sadari ada sesuatu yang mulai berubah di dalam hidupku. Awalnya, seperti yang telah aku ceritakan di atas, aku begitu antusias untuk melayani pekerjaan Tuhan, karena aku mengasihi Dia dan rindu untuk menyenangkan hati-Nya, tetapi kesibukanku di dalam pelayanan dengan perlahan tetapi pasti, telah menggerus waktu untuk aku memiliki persekutuan pribadi dengan Tuhan. Fokusku telah berubah. Memang aku masih tetap giat melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tanpa aku sadari fokus pelayananku telah berubah. Kalau awalnya fokusku adalah karena aku mengasihi Tuhan dan rindu untuk melayani Dia, tetapi kesibukanku di dalam pelayanan malah menjauhkan aku dari persekutuan pribadi dengan Tuhan. Aku terlebih terfokus pada sejumlah aktivitas pekerjaan Tuhan, dari pada kepada pribadi Tuhan yang aku layani dan yang menjadi alasanku melakukan semua itu.

BEKERJA UNTUK KELUARGA?

Aku percaya, bahwa kita semua memiliki kerinduan untuk boleh menjadi saluran berkat yang maksimal bagi keluarga kita, dan hal itu juga yang telah menjadi motivasiku untuk bekerja dengan giat. Ketika aku sedang bekerja dan menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan di dalam pekerjaanku, maka salah satu motivasi yang membuat aku boleh tetap bekerja dengan penuh antusias adalah keluarga.

Bro & Sis, waktu terus berjalan dan semangatku tidak pernah menjadi kendor di dalam bekerja, tetapi tanpa aku sadari ada sesuatu yang mulai berubah di dalam hidupku. Awalnya, seperti yang telah aku ceritakan di atas, salah satu yang memotivasi untuk bekerja dengan penuh antusias adalah keluarga, tetapi kesibukanku di dalam bekerja dengan perlahan tetapi pasti, telah menggerus waktu untuk aku memiliki waktu dengan keluarga. Fokusku telah berubah. Memang aku masih tetap bekerja dengan antusias, tetapi tanpa aku sadari fokus pekerjaanku telah berubah. Kalau awalnya fokusku adalah karena aku ingin menjadi saluran berkat untuk keluargaku, tetapi kesibukanku di dalam bekerja malah membuat aku kurang memiliki waktu untuk mereka. Aku terlebih terfokus pada sejumlah aktivitas pekerjaanku, hingga terlupakan untuk melayani keluargaku dan yang menjadi alasanku melakukan semua itu.

BAGAIMANA DENGAN FOKUS KITA?

Bro & Sis, tanpa kita sadari, kita begitu mudah teralihkan dari apa yang menjadi fokus kita, saat kita melakukan melakukan satu pekerjaan tertentu di dalam berbagai aspek hidup kita. Aku melihat, bahwa setidaknya ada empat perkara yang seringkali membiaskan apa yang menjadi alasan utama (fokus) kita, yaitu saat pertama kali kita hendak melakukan satu pekerjaan atau aktivitas tertentu.

SATU, yaitu kesibukan. Kita sadari atau tidak, seringkali kesibukan mulai mendatangi apa yang kita sedang kerjakan, maka ia akan segera memenuhi seluruh sudut ruang hati dan area pikiran kita, hingga kita terlupakan apa yang menjadi alasan kita melakukan ini dan itu. Hal ini akan terjadi dengan perlahan, dan dimulai saat kita mulai berkata, “Wah, sori, kali ini aku tidak bisa, karena aku lagi sibuk ...” bukan hanya kepada sesama kita –termasuk keluarga kita, tetapi juga kepada Tuhan kita. Dimulai dari satu kali, sesekali, seringkali, dan akhirnya ... waktu kita pun habis tersita untuk kesibukan kita.

DUA, yaitu adrenalin. Kita akui atau tidak, seringkali problema atau kesulitan –yang pada awalnya terasa begitu merintangi apa yang sedang kita kerjakan, dengan berjalan waktunya justru memancing adrenalin kita untuk boleh menghadapi dan membereskan semua itu. Atau, jika kita diperhadapkan dengan berbagai peluang yang menantang kita, maka adrenalin kita pun langsung terpacu untuk meresponnya. Nah, yang menjadi masalah, seringkali kenikmatan seperti di atas membuat kita melupakan apa yang menjadi tujuan dan alasan kita melakukan satu pekerjaan tertentu di dalam hidup kita.

TIGA, yaitu kebablasan. Kita perlu selalu mewaspadai dan senantiasa mengingat apa yang menjadi alasan utama (fokus) kita, saat kita melakukan satu pekerjaan tertentu di dalam setiap aspek hidup kita, agar kita tidak menjadi kebablasan dan menyimpang dari fokus kita semula. Contoh, soal pekerjaan, fakta menunjukkan ada banyak pengusaha, kaum profesi dan karyawan yang pada awalnya memiliki purpose dan value yang benar dan baik, saat mereka memulai pekerjaan mereka, tetapi seiring dengan perjalanan waktu semua itu mulai berubah, setelah mereka mulai menuai dan merasakan kenikmatan dari apa yang telah mereka kerjakan selama ini. Mereka mulai dihinggapi oleh rasa kurang dan ingin lebih, lalu dengan perlahan tetapi pasti semua rasa itu terus bertumbuh dan melahirkan benih-benih ketamakan dan keserakahan. Mereka menjadi workaholic! Mereka melupakan aspek hidup mereka yang lain, bahkan berbagai value yang mereka pegang teguh selama ini. Fokus mereka telah berubah.

EMPAT, yaitu kejenuhan. Ketika kita tidak kunjung melihat hasil yang kita harapkan atau menghadapi problema dan kesulitan yang tidak kunjung selesai, saat kita sedang berlari-lari kepada apa yang menjadi fokus kita, kita berpotensi untuk mengalami kejenuhan (kelelahan batiniah) dan menyimpang dari fokus kita semula. Ini tidak seharusnya terjadi. Kita mungkin masih melakukan apa yang kita harus lakukan, tetapi tak lebih hanya sebagai kewajiban atau tuntutan belaka. Fokus kita telah berubah. Hei, tak hanya itu saja, saat kita berada di dalam kondisi seperti ini, kita mudah berprasangka buruk terhadap berbagai hal dan mudah terpancing untuk membuat keputusan-keputusan yang emosional –hingga mengakibatkan banyak kerugian di dalam berbagai aspek hidup kita, karena fokus kita telah berubah.

Nah, lewat keempat point di atas, kita bisa melihat dengan jelas mengapa kita perlu selalu mewaspadai dan senantiasa mengingat apa yang menjadi alasan utama (fokus) kita, saat kita melakukan segala sesuatu di dalam berbagai aspek hidup kita. Ketahuilah, bahwa hal ini tidak hanya mencakup tentang pekerjaan atau pelayanan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek hidup yang lainnya, termasuk juga hobi dan kesukaan tertentu. Aku juga seringkali melihat –bahkan pernah mengalami sendiri, bagaimana satu hobi atau kesukaan yang semula hanya untuk pengisi waktu, tetapi bisa berubah fokus dan membuat beberapa orang tidak bisa memiliki waktu untuk keluarga mereka atau menjadi tidak maksimal di dalam bekerja. Kita perlu mewaspadai semua ini dengan serius, agar kita tidak terhilang di dalamnya. # (bersambung)