Pages

Friday, October 11, 2019

Ngobrol tentang FOKUS [part 02]

Bantuan untuk Fokus
Artikel ini terinspirasi dari tema gereja kami pada bulan September kemarin, dan juga dari kotbah-kotbah para pastor kami sepanjang bulan kemarin. Semoga boleh menjadi berkat.

Bro & Sis, pada artikel yang sebelumnya, aku telah berbagi tentang Fokus telah Berubah –yang berbicara tentang adanya potensi untuk fokus kita menjadi bias dan berubah, dan apa saja yang memicu terjadinya hal tersebut. Itu adalah bagian pertama dari dua sharing yang aku ingin bagikan kepada kalian, berkaitan dengan tema fokus ini. Aku memberikan judul untuk sharing-ku yang kedua ini, Bantuan untuk Fokus. Aku menyadari sepenuhnya, bahwa mempertahankan fokus kita untuk tetap on the track bukanlah perkara yang mudah, dan untuk itulah ... sesungguhnya Tuhan telah menyediakan berbagai bantuan yang kita butuhkan –bahkan tersedia di sekeliling kita, begitu dekat dengan kita. Persoalannya, ada banyak dari kita yang tidak menyadari ketersediaan bantuan yang kita butuhkan tersebut, karena keberadaannya tidak se-perti yang kita pikirkan. Hmm?! Kita akan segera memulainya ya.

KENALI ALARM DARI TUHAN

Bro & Sis, bahwa seringkali aku terlambat untuk menyadari bahwa fokusku telah berubah, karena aku ti-dak mengenali alarm dari Tuhan saat fokusku mulai berubah. Hei, tahukah kalian, mengapa aku seringkali kesulitan dan terlambat untuk mengenali alarm dari Tuhan? Jawabannya sederhana, karena seringkali bunyi alarm itu terdengar tidak enak di telinga dan hati kita, tetapi memang begitulah seharusnya bunyi alarm, agar ia boleh menyentakkan kesadaran kita yang sedang terlena dan membuat kita tersadar bahwa ada bahaya yang menanti kita. Berbicara tentang alarm, aku teringat, saat api mulai membakar kantor kami beberapa tahun yang lalu, seorang staf mendekati mejaku dan berkata dengan sopan dan pelan, “Pak Nirwan, ada api.” Kataku, “Aku kan tidak merokok,” karena biasanya orang yang ingin meminjam korek api, akan berkata, “Permisi, apa bisa minta apinya.” Tiba-tiba seorang staf yang lain menerobos masuk, dan berteriak, “Pak Nirwan, ayo cepat keluar, gedungnya kebakaran.” Kami langsung berlarian keluar meninggalkan gedung tempat kami berkantor, yang memang sudah mulai dikuasai dengan api dan diselimuti oleh asap tebal. Memang alarm itu harus menyentakkan kesadaran kita.

Hari ini, jika kita mendengar masukan, nasehat, teguran, keluhan, kritik atau bahkan kecaman, yang terasa begitu menyentak ego dan menusuk hati kita –termasuk dari orang-orang yang menurut kita tidak pantas melakukannya, jangan terburu-buru bereaksi buruk ... mungkin itu alarm dari Tuhan, bahwa ada yang tidak beres dengan cara hidup kita. Fokus kita telah berubah. Ini adalah bantuan dari Tuhan, agar fokus kita tetap on the track. Sebab, mungkin selama ini kita tidak cukup ngeh untuk bisa menangkap alarm dari Tuhan, saat Roh Kudus telah mengingatkan kita dengan lembut –termasuk melalui jam-jam doa dan pembacaan Alkitab kita. Karena itu, demi kasih-Nya yang begitu besar, maka Tuhan telah mengirimkan alarm yang lebih kuat lagi, agar Ia boleh menarik perhatian kita yang telah teralihkan.

SELALU TERKONEKSI DENGAN TUHAN

Realignment. Kata ‘realignment’ berarti diselaraskan kembali sesuai dengan kondisi semula. Kita semua pasti pernah mengenal kata ‘spooring and balancing’ ini. Kita perlu melakukan spooring and balancing (atau dalam bahasa Indonesia disebut laras dan imbang) terhadap roda-roda kendaraan kita beberapa periode waktu tertentu -terutama saat kita mulai merasakan ketidakseimbangan kendaraan kita. Ini adalah akibat normal pemakaian sebuah kendaraan. Hal yang sama juga terjadi dengan fokus hidup kita. Kita perlu senantiasa melakukan realignment dengan fokus hidup kita, agar fokus kita tetap on the track dan selaras dengan kehendak Tuhan, karena apa yang kita lihat, dengar dan alami di dalam keseharian kita berpotensi untuk membuat kita terkontaminasi hingga fokus kita menjadi berubah.

Hei, tak hanya itu, tetapi juga oleh karena kelemahan manusiawi kita yang cenderung merasa diri paling benar, hingga seringkali kita lambat untuk menyadari saat fokus kita mulai berubah, sebagaimana ada tertulis, “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.” (Amsal 16:2). Karena itu, kita perlu senantiasa terkoneksi dengan Tuhan dan firman-Nya, agar kita boleh cepat tersadar dan boleh segera melakukan realignment terhadap fokus kita yang mulai atau telah berubah. ASAP. As soon as possible. Ketika kita selalu terkoneksi dengan Tuhan dan firman-Nya, maka Roh Kudus akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, hingga kita boleh disadarkan kembali dari fokus kita yang mulai dan telah berubah, dan boleh segera diselaraskan kembali dengan fokus kita yang semula –dan terutama dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidup kita.

Lalu, pertanyaannya, bagaimana kita boleh selalu terkoneksi dengan Tuhan dari waktu ke waktu? Alkitab menunjukkan begitu banyak hal bagaimana kita boleh terkoneksi dengan Tuhan, hingga kita selalu ter-alignment dengan Dia dan firman-Nya. Kita akan melihat beberapa aspek.

SATU, melalui persekutuan pribadi kita dengan Tuhan, baik itu di dalam jam-jam doa kita atau pembacaan Alkitab kita. Ini adalah momen yang sangat penting, bagi setiap orang percaya, agar fokus mereka boleh senantiasa on the track dan selaras dengan kehendak-Nya. Itu sebabnya, sebelum Yosua mulai memimpin bangsa Israel memiliki negeri yang Tuhan janjikan, Ia berfirman, “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.” (Yosua 1:8). Mengapa? Karena apa yang akan dilihat, didengar dan dialami oleh Yosua di dalam perjalanan memimpin bangsa Israel, berpotensi untuk membuat fokusnya terkontaminasi dan berubah. Sebab itu, Tuhan telah memerintahkan kepada Yosua, untuk merenungkan dan mem¬per-katakan kitab Taurat itu siang dan malam, agar ia boleh senantiasa mengalami realignment saat fokus¬nya mulai terkontaminasi dan berubah, hingga Yosua boleh tetap on the track.

Hei, firman yang senada juga telah disampaikan Yesus, seperti tertulis di dalam Yohanes 8:31-32, “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Ketika kita senantiasa dipenuhi oleh firman Kristus siang dan malam, kita akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan menerangi dan memerdekakan kita dari ketidaksadaran kita, saat hati dan pikiran kita mulai terkontaminasi oleh apa yang kita lihat, dengar dan alami, hingga perlahan-lahan fokus kita mulai berubah. Kebenaran itu akan mengerjakan realignment atas hati dan pikiran kita, hingga kita boleh kembali on the track. Hal ini juga diingatkan kembali oleh Paulus, melalui suratnya kepada Timotius, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17). Kita membutuhkan firman Allah.

Bro & Sis, hal inilah yang aku lakukan saat aku terbangun dan sebelum matahari menyapa aku –entah aku berada dalam situasi baik atau kondisi lesu, yaitu merenungkan firman Tuhan. Hei, ini bukan karena aku terlalu rohani, tetapi karena aku memang sungguh membutuhkan firman-Nya untuk senantiasa menjadi pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku, agar fokusku tetap on the track.

DUA, melalui persekutuan orang-orang kudus, baik itu melalui pertemuan-pertemuan ibadah setiap hari Minggu, kelompok-kelompok sel, atau apapun namanya. Inilah yang diajarkan oleh firman Allah, seperti ada tertulis, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25). Kata ‘pertemuan-pertemuan ibadah’ di sini menunjuk bahwa ada lebih dari satu jenis dan jumlah pertemuan ibadah, hal ini mengingatkan kita semua, bahwa kita tak bisa hanya mengandalkan pertemuan ibadah yang cuma seminggu sekali. Apalagi, jika kita hanya dikotbahi saja di dalam pertemuan ibadah tersebut, kita membutuhkan yang lebih dari itu, yaitu pertemuan-pertemuan ibadah yang di dalamnya kita saling menasihati satu dengan yang lain. Kita saling berbagi pengalaman, kesaksian dan kebenaran, supaya kita boleh saling diingatkan, dikuatkan dan disadarkan, hingga kita beroleh bantuan, jika ternyata ada yang tidak beres dengan fokus hidup kita.

Hal ini disadari sepenuhnya oleh Paulus, seperti yang ia tuliskan di dalam suratnya, “Aku berdoa, semoga dengan kehendak Allah aku akhirnya beroleh kesempatan untuk mengunjungi kamu. Sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu, yaitu, supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku.” (Roma 1:10-12), dan lebih lanjut ia menuliskan, “... aku harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat singgah di tempatmu dan bertemu dengan kamu, sehingga kamu dapat mengantarkan aku ke sana, SETELAH aku seketika menikmati pertemuan dengan kamu.” (Roma 15:24). Bro & Sis, hal ini juga yang aku rasakan, bagaimana aku beroleh banyak bantuan, saat aku mendengar pengalaman, kesaksian dan kebenaran yang dibagikan oleh saudara-saudariku, ketika kami berkumpul bersama, hingga fokus hidupku boleh senantiasa on the track dan diselaraskan dengan kehendak Tuhan.

BERSANDARLAH KEPADA TUHAN

Ketahuilah, bahwa TUHAN rindu untuk menolong kita, agar kita boleh mencapai apa yang men¬jadi fokus hidup kita di dalam Dia. Karena itu, Ia telah menyediakan begitu banyak bantuan bagi kita, agar fokus hidup kita tetap on the track dan boleh menyelesaikan pertandingan kita dengan semaksimal mungkin. Apabila kita menyadari, betapa kita sangat terbatas dan sungguh membutuhkan pertolongan TUHAN untuk memimpin setiap langkah-langkap hidup kita, biarlah kita senantiasa meletakkan pengharapan kita dan mengandalkan TUHAN di dalam apapun yang kita lakukan, sebagaimana doa dari Daud, sang pemazmur itu, di dalam Mazmur 26:2-3, “Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu,” dan di dalam Mazmur 139:23-24, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Bro & Sis, lewat doa dari Daud ini, kita bisa melihat, bahwa 1] Daud sungguh menyadari keterbatasan dirinya, bahwa ia berpotensi untuk menyimpang dari kehendak Tuhan dan fokus hidupnya, tetapi 2] ia juga mempercayai sepenuhnya, bahwa Tuhan tidak akan membiarkan fokus hidupnya menyimpang, melainkan akan menuntun hidupnya di jalan yang kekal. Karena itu, seperti tertulis di dalam Amsal 3:5-6, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” GBU. # (selesai)

Thursday, October 3, 2019

Ngobrol tentang FOKUS [part 01]

Fokus telah Berubah
Artikel ini terinspirasi dari tema gereja kami pada bulan September kemarin, dan juga dari kotbah-kotbah para pastor kami sepanjang bulan kemarin. Semoga boleh menjadi berkat.

Bro & Sis, bulan September ini kita sedang belajar tentang FOCUS. Minggu pertama, Ps. Jeffrey Rachmat menyampaikan kotbah dengan topik Salah Fokus, dan lewat apa yang telah ia kotbahkan, kita telah belajar bagaimana kita boleh memiliki fokus yang benar di dalam berbagai aspek hidup kita. Lalu, minggu kedua, kembali Ps. Jeffrey Rachmat menyampaikan kotbah dengan topik Multiple Choice, dan lewat apa yang telah ia kotbahkan, kita telah belajar bagaimana kita boleh tetap memiliki fokus yang benar, saat kita diperhadapkan dengan berbagai pilihan yang menggoda kita. Dan, minggu kemarin (minggu ketiga), Ps. Jose Carol menyampaikan kotbah dengan topik Why Focus, dan lewat apa yang telah ia kotbahkan, kita boleh belajar mengapa kita perlu memiliki fokus di dalam menempuh perjalanan hidup kita. Ini benar-benar sebuah seri kotbah yang sangat penting bagi hidup kekristenan kita, agar kita boleh menempuh dan meraih kehidupan yang maksimal di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Nah, berpijak dari tema kita bulan ini dan melalui apa yang telah disampaikan oleh para pastor kita, aku tergerak untuk berbagi sedikit tentang fokus ini. Aku memberikan judul untuk sharing-ku ini, Fokus telah Berubah. Kerinduan untuk membagikan sharing ini mencuat, karena aku sendiri pernah mengalami situasi dari fokus yang telah berubah ini, dan melihat bagaimana hal ini telah melahirkan banyak kerugian di dalam perjalanan hidupku. Aku tidak ingin kalian mengalami hal yang serupa. Kalian mungkin akan bertanya, apakah yang dimaksud dengan Fokus telah Berubah ini?

MELAYANI UNTUK TUHAN?

Ketika aku menjadi percaya dan menerima Kristus Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamat atas hidupku, hatiku begitu rindu untuk menyenangkan hati-Nya, sebagai respon atas kasih-Nya yang begitu besar akan aku, karena Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus aku. Karena itu, saat aku beroleh kesempatan untuk melayani pekerjaan Tuhan, aku langsung merespon panggilan-Nya dengan antusias. Aku begitu giat dalam pekerjaan Tuhan, dan motivasiku hanya satu –yaitu karena aku mengasihi Dia dan rindu untuk menyenangkan hati-Nya dengan segenap hati, jiwa dan akal budiku.

Bro & Sis, waktu terus berjalan dan kerajinanku tidak pernah menjadi kendor di dalam melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tanpa aku sadari ada sesuatu yang mulai berubah di dalam hidupku. Awalnya, seperti yang telah aku ceritakan di atas, aku begitu antusias untuk melayani pekerjaan Tuhan, karena aku mengasihi Dia dan rindu untuk menyenangkan hati-Nya, tetapi kesibukanku di dalam pelayanan dengan perlahan tetapi pasti, telah menggerus waktu untuk aku memiliki persekutuan pribadi dengan Tuhan. Fokusku telah berubah. Memang aku masih tetap giat melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tanpa aku sadari fokus pelayananku telah berubah. Kalau awalnya fokusku adalah karena aku mengasihi Tuhan dan rindu untuk melayani Dia, tetapi kesibukanku di dalam pelayanan malah menjauhkan aku dari persekutuan pribadi dengan Tuhan. Aku terlebih terfokus pada sejumlah aktivitas pekerjaan Tuhan, dari pada kepada pribadi Tuhan yang aku layani dan yang menjadi alasanku melakukan semua itu.

BEKERJA UNTUK KELUARGA?

Aku percaya, bahwa kita semua memiliki kerinduan untuk boleh menjadi saluran berkat yang maksimal bagi keluarga kita, dan hal itu juga yang telah menjadi motivasiku untuk bekerja dengan giat. Ketika aku sedang bekerja dan menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan di dalam pekerjaanku, maka salah satu motivasi yang membuat aku boleh tetap bekerja dengan penuh antusias adalah keluarga.

Bro & Sis, waktu terus berjalan dan semangatku tidak pernah menjadi kendor di dalam bekerja, tetapi tanpa aku sadari ada sesuatu yang mulai berubah di dalam hidupku. Awalnya, seperti yang telah aku ceritakan di atas, salah satu yang memotivasi untuk bekerja dengan penuh antusias adalah keluarga, tetapi kesibukanku di dalam bekerja dengan perlahan tetapi pasti, telah menggerus waktu untuk aku memiliki waktu dengan keluarga. Fokusku telah berubah. Memang aku masih tetap bekerja dengan antusias, tetapi tanpa aku sadari fokus pekerjaanku telah berubah. Kalau awalnya fokusku adalah karena aku ingin menjadi saluran berkat untuk keluargaku, tetapi kesibukanku di dalam bekerja malah membuat aku kurang memiliki waktu untuk mereka. Aku terlebih terfokus pada sejumlah aktivitas pekerjaanku, hingga terlupakan untuk melayani keluargaku dan yang menjadi alasanku melakukan semua itu.

BAGAIMANA DENGAN FOKUS KITA?

Bro & Sis, tanpa kita sadari, kita begitu mudah teralihkan dari apa yang menjadi fokus kita, saat kita melakukan melakukan satu pekerjaan tertentu di dalam berbagai aspek hidup kita. Aku melihat, bahwa setidaknya ada empat perkara yang seringkali membiaskan apa yang menjadi alasan utama (fokus) kita, yaitu saat pertama kali kita hendak melakukan satu pekerjaan atau aktivitas tertentu.

SATU, yaitu kesibukan. Kita sadari atau tidak, seringkali kesibukan mulai mendatangi apa yang kita sedang kerjakan, maka ia akan segera memenuhi seluruh sudut ruang hati dan area pikiran kita, hingga kita terlupakan apa yang menjadi alasan kita melakukan ini dan itu. Hal ini akan terjadi dengan perlahan, dan dimulai saat kita mulai berkata, “Wah, sori, kali ini aku tidak bisa, karena aku lagi sibuk ...” bukan hanya kepada sesama kita –termasuk keluarga kita, tetapi juga kepada Tuhan kita. Dimulai dari satu kali, sesekali, seringkali, dan akhirnya ... waktu kita pun habis tersita untuk kesibukan kita.

DUA, yaitu adrenalin. Kita akui atau tidak, seringkali problema atau kesulitan –yang pada awalnya terasa begitu merintangi apa yang sedang kita kerjakan, dengan berjalan waktunya justru memancing adrenalin kita untuk boleh menghadapi dan membereskan semua itu. Atau, jika kita diperhadapkan dengan berbagai peluang yang menantang kita, maka adrenalin kita pun langsung terpacu untuk meresponnya. Nah, yang menjadi masalah, seringkali kenikmatan seperti di atas membuat kita melupakan apa yang menjadi tujuan dan alasan kita melakukan satu pekerjaan tertentu di dalam hidup kita.

TIGA, yaitu kebablasan. Kita perlu selalu mewaspadai dan senantiasa mengingat apa yang menjadi alasan utama (fokus) kita, saat kita melakukan satu pekerjaan tertentu di dalam setiap aspek hidup kita, agar kita tidak menjadi kebablasan dan menyimpang dari fokus kita semula. Contoh, soal pekerjaan, fakta menunjukkan ada banyak pengusaha, kaum profesi dan karyawan yang pada awalnya memiliki purpose dan value yang benar dan baik, saat mereka memulai pekerjaan mereka, tetapi seiring dengan perjalanan waktu semua itu mulai berubah, setelah mereka mulai menuai dan merasakan kenikmatan dari apa yang telah mereka kerjakan selama ini. Mereka mulai dihinggapi oleh rasa kurang dan ingin lebih, lalu dengan perlahan tetapi pasti semua rasa itu terus bertumbuh dan melahirkan benih-benih ketamakan dan keserakahan. Mereka menjadi workaholic! Mereka melupakan aspek hidup mereka yang lain, bahkan berbagai value yang mereka pegang teguh selama ini. Fokus mereka telah berubah.

EMPAT, yaitu kejenuhan. Ketika kita tidak kunjung melihat hasil yang kita harapkan atau menghadapi problema dan kesulitan yang tidak kunjung selesai, saat kita sedang berlari-lari kepada apa yang menjadi fokus kita, kita berpotensi untuk mengalami kejenuhan (kelelahan batiniah) dan menyimpang dari fokus kita semula. Ini tidak seharusnya terjadi. Kita mungkin masih melakukan apa yang kita harus lakukan, tetapi tak lebih hanya sebagai kewajiban atau tuntutan belaka. Fokus kita telah berubah. Hei, tak hanya itu saja, saat kita berada di dalam kondisi seperti ini, kita mudah berprasangka buruk terhadap berbagai hal dan mudah terpancing untuk membuat keputusan-keputusan yang emosional –hingga mengakibatkan banyak kerugian di dalam berbagai aspek hidup kita, karena fokus kita telah berubah.

Nah, lewat keempat point di atas, kita bisa melihat dengan jelas mengapa kita perlu selalu mewaspadai dan senantiasa mengingat apa yang menjadi alasan utama (fokus) kita, saat kita melakukan segala sesuatu di dalam berbagai aspek hidup kita. Ketahuilah, bahwa hal ini tidak hanya mencakup tentang pekerjaan atau pelayanan saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek hidup yang lainnya, termasuk juga hobi dan kesukaan tertentu. Aku juga seringkali melihat –bahkan pernah mengalami sendiri, bagaimana satu hobi atau kesukaan yang semula hanya untuk pengisi waktu, tetapi bisa berubah fokus dan membuat beberapa orang tidak bisa memiliki waktu untuk keluarga mereka atau menjadi tidak maksimal di dalam bekerja. Kita perlu mewaspadai semua ini dengan serius, agar kita tidak terhilang di dalamnya. # (bersambung)

Friday, September 6, 2019

Tak Hanya Menjala Ikan


Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Filipi 1:22

Bro & Sis, semalam ada cerita yang menarik, saat aku bertemu dan berbagi cerita dengan salah satu anggota komsel ku di sebuah cafe, sebut saja namanya Boedi. Ia bekerja pada sebuah institusi yang bergerak di dunia pendidikan dan memiliki sejumlah sekolah yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Di tengah-tengah obrolan kami, Boedi menceritakan bahwa dia dan isterinya memiliki beban yang besar untuk dunia pendidikan, khususnya untuk sekolah-sekolah Kristen yang memiliki berbagai kondisi yang kurang memadai di dalam berbagai aspek. Mereka tidak hanya terbeban saja, tetapi mereka juga telah melakukan langkah-langkah nyata, untuk melakukan apa yang menjadi beban mereka berdua terhadap dunia pendidikan. Gratis. Hal ini sungguh membuat aku bersukacita.

Ketika aku mendengar apa yang Boedi bagikan itu, pikiranku langsung teringat kepada mantan bos-ku dimana aku pernah bekerja di kantornya sebagai staf arsitek, sebut saja namanya Jimmy. Ia adalah seorang Kristen dan seorang kontraktor sipil yang sangat diberkati Tuhan. Jimmy, seperti halnya dengan Boedi, ia juga memiliki kerinduan untuk menjadi berkat bagi orang lain sesuai dengan apa yang Tuhan telah taruh di dalam hidupnya. Ia memiliki beban yang besar untuk merenovasi bangunan-bangunan gereja yang ada di desa-desa, supaya mereka boleh memiliki tempat ibadah yang lebih baik. Ketika aku mencoba mengingat berapa gereja yang telah ia renovasi dengan gratis, setidaknya selama masih bekerja di kantornya aku telah mendisain 5 (lima) bangunan gereja. Luar biasa.

Bro & Sis, apa yang telah dilakukan oleh mantan bos-ku ini sungguh sangat menginspirasi aku, dan sejak itu aku mulai digerakkan Tuhan untuk melakukan perkara yang serupa, yaitu memberi bantuan disain dengan gratis, untuk bangunan-bangunan gereja yang ada di desa-desa. Ini adalah kemurahan Allah yang luar biasa, bahwa aku beroleh kesempatan untuk menjadi berkat bagi orang lain, melalui talenta yang Ia taruh di dalam hidupku. Ketika aku sedang memikirkan hal ini, maka aku pun teringat akan kisah yang terdapat di dalam Lukas 5:1-11, bagaimana setelah Yesus melakukan mujizat di dalam pekerjaan Petrus, sebagai penjala ikan, hingga ia memperoleh ikan yang begitu banyak, maka Ia menyatakan keinginan-Nya untuk menjadikan Petrus sebagai penjala manusia. Luar biasa, Yesus tidak ingin Petrus hanya menjadi penjala ikan saja, tetapi juga boleh penjala manusia, supaya mereka juga boleh merasakan berkat Tuhan yang sama dengan yang ia telah terima. Hei, bukankah kisah ini mirip dengan dua kesaksian di atas, yaitu Boedi dan Jimmy? Mereka menjadi saluran berkat Tuhan melalui talenta yang Ia telah taruh di dalam hidup mereka. Bagaimana dengan kita?

Kita tidak harus melakukan sama seperti yang dilakukan oleh Boedi, Jimmy dan Petrus, tetapi yang perlu kita renungkan di sini, setelah Tuhan memberkati segala yang kita kerjakan, apakah yang kita akan lakukan bagi sesama kita? Apakah kita hanya akan sibuk menjadi penjala ikan saja, hingga kita tidak pernah terpikir untuk menjadi penjala manusia, supaya mereka juga boleh menikmati berkat ikan yang sama dengan kita? Ketahuilah, bahwa sebenarnya ada banyak perkara yang kita bisa lakukan, supaya kita boleh menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain, melalui apa yang Ia telah taruh dan percayakan di dalam hidup kita. Ketika kita bersedia untuk meresponi apa yang menjadi kerinduan Tuhan ini dengan apa yang ada pada diri kita, maka segala ide, bantuan dan pintu akan terbuka, untuk kita boleh menjadi saluran berkat bagi orang lain, agar mereka boleh menikmati kebaikan Tuhan, seperti yang telah kita rasakan. Hari ini, apakah kalian siap untuk tidak hanya menjadi penjala ikan yang diberkati saja, tetapi juga boleh menjadi penjala manusia, supaya mereka boleh menikmati berkat ikan yang sama dari Tuhan? Tuhan sedang menantikan kita. Tuhan memberkati kalian semua.

Wednesday, September 4, 2019

Resay the WORD of GOD

Yosua 1:8
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.

Bro & Sis, alasan utama mengapa kita perlu memperkatakan firman Tuhan yang telah kita baca, supaya kita boleh selalu diingatkan dengan apa yang telah kita baca. Mengapa? Kita ini berpotensi untuk menghadapi berbagai problema dan godaan di dalam hidup kita -entah itu di dalam hidup nikah, keluarga, bisnis atau ministri kita. Karena itu, agar kita tidak menjadi lemah di dalam menghadapi semua itu, kita perlu selalu diingatkan akan kebenaran firman Tuhan, dan salah satu caranya dengan membangun kebiasàan untuk memperkatakan firman Tuhan yang telah kita baca. Resay the WORD of GOD.

Ketika kita selalu diingatkan dan teringat akan firman Tuhan yang telah kita baca, maka oleh anugerah Allah 1] kita boleh senantiasa terjaga dan beroleh kekuatan untuk menghadapi berbagai godaan dosa yang mengincar kita, 2] iman kita juga boleh senantiasa dikuatkan untuk menghadapi berbagai problema yang menghadang kita, dan 3] kita pun boleh dihindarkan untuk mengucapkan kata-kata yang sia-sia dan hanya akan melemahkan diri kita sendiri.

Karena itu, mari kita mulai membangun kebiasaan untuk memperkatakan ulang firman Tuhan yang telah kita baca di dalam berbagai aspek hidup kita. Siang dan malam. Tuhan memberkati.

Monday, September 2, 2019

Mazmur 84 - Lembah Baka

Bro & Sis, mazmur Bani Korah yang tertulis di dalam Mazmur 84, berbicara tentang dua kedudukan  yang harus kita pilih salah satu, saat kita hidup dan melakukan segala sesuatu di dalam dunia ini, khususnya saat kita sedang melintasi lembah Baka, agar kita boleh tetap kuat bahkan makin kuat untuk melakukan dan menyelesaikan apa yang menjadi kehendak TUHAN atas hidup kita.

KERINDUAN AKAN KEDIAMAN TUHAN
Bacaan: Mazmur 84:2-3
Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!

Bro & Sis, pada bagian pertama dari mazmur yang ditulisnya, bani Korah menunjukkan satu kerinduan yang begitu besar terhadap tempat kediaman TUHAN, hingga dikatakan bahwa jiwanya hancur karena merindukan pelataran-pelataran-Nya. Luar biasa! Yup, tempat kediaman TUHAN bukanlah tempat yang men­jemukan atau membosankan, tetapi tempat yang sangat disenangi oleh bani Korah. Tak hanya itu, bani Korah juga menuliskan, begitu disenanginya tempat kediaman TUHAN ini, hingga burung pipit pun memiliki sebuah rumah dan burung layang-layang sebuah sarang, untuk tempat menaruh anak-anaknya, pada (di dekat) mezbah-mezbah-Nya. Wow ... bukankah ini fakta yang menakjubkan?

Nah, sebelum kita melanjutkan perenungan ini lebih jauh, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan tempat kediaman TUHAN, pelataran-pelataran-Nya dan mezbah-mezbah-Nya? Ini berbicara tentang hadirat TUHAN. Kehadiran Allah. Ini berbicara satu tempat di mana kita bisa berjumpa dengan TUHAN dan menikmati kebaikan-Nya. Lalu, pertanyaannya, dimanakah ‘tempat’ itu?

SATU Ketika kita sedang memasuki jam-jam doa dan pembacaan Alkitab kita. Sebab, saat kita sedang menghampiri TUHAN dengan doa kita, sesungguhnya kita memasuki tempat kediaman-Nya dan bersekutu intim dengan Dia. Begitu pula halnya, saat kita sedang menelusuri halaman-halaman dari Alkitab kita, sesungguhnya kita sedang bersekutu dan menikmati Sang Firman. Kita sedang bersekutu dan menikmati Allah, seperti ada tertulis, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Yohanes 1:1
DUA Ketika kita sedang memasuki persekutuan orang-orang kudus, entah itu berbentuk pertemuan ibadah, persekutuan doa atau kelompok sel, atau apapun namanya. Sebab, seperti ada tertulis di dalam Matius 18:19-20, “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Yup, inilah sebabnya, karena di mana dua atau tiga orang percaya berkumpul dalam nama TUHAN, di situ Ia ada di tengah-tengah mereka.
TIGA Ketika kita sedang memberikan diri kita untuk dikendalikan oleh firman Allah dan dipimpin oleh Roh Kudus di dalam setiap aspek hidup kita, sesungguhnya kita sedang berada di dalam atmosfir kehadiran TUHAN. Kita sedang hidup dan melakukan segala sesuatu di dalam hadirat-Nya. Itu artinya, kita akan mengalami kehadiran TUHAN, saat kita sedang melakukan aktivitas kita sehari-hari. Kata ‘memberikan diri kita’ berbicara kita dengan sengaja melibatkan TUHAN dan melibatkan diri kita dengan kehendak-Nya di dalam berbagai aspek hidup kita.
Bro & Sis, yang perlu kita renungkan sejenak saat ini, adakah kita begitu menyenangi tempat kediaman TUHAN? Adakah jiwa kita begitu hancur merindukan pelataran-pelataran-Nya? Ketahuilah, bahwa ini bukan berbicara tentang ‘wadah’ tempat kita melakukan aktivitas gerejani, tetapi ini berbicara ‘tempat’ kehadiran TUHAN yang terwujud saat kita melakukan koneksi dan terkoneksi dengan Dia, dan itu bisa berada di mana saja. Entah itu, saat kita memasuki jam-jam saat teduh kita dengan TUHAN, saat kita sedang memasuki persekutuan orang-orang kudus, atau saat kita berjalan bersama dengan Dia di dalam apapun yang kita lakukan dan berbagai aspek hidup kita. Ketahuilah, jika kita memang sungguh-sungguh menyenangi dan merindukan akan tempat kediaman TUHAN dan pelataran-pelataran-Nya, pastinya kita akan bergairah untuk menghidupi aspek-aspek tersebut di atas.

DIBERKATI DAN BERBAHAGIA
Bacaan: Mazmur 84:5-8
Berbahagialah [blessed, KJV] orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Eng­kau. S e l a. Berbahagialah [blessed, KJV] manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang ber­ha­srat mengadakan ziarah! Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion.

Diberkati dan berbahagia! Bro & Sis, itulah yang akan terjadi, saat kita ‘berdiam’ di rumah TUHAN, yang pastinya akan membuat kita terus-menerus memuji akan Dia, karena kita boleh menikmati kehadiran-Nya yang begitu memberkati kita. Tak hanya itu, seperti yang tertulis di dalam Mazmur 22:4, puji-pujian yang keluar dari bibir kita akan membuat TUHAN bersemayam di atas hidup kita, dan pastinya akan membuat kita makin tenggelam di dalam hadirat-Nya yang menyegarkan dan memperharui kekuatan kita di dalam Dia. Ketahuilah, seperti tersurat di dalam ayat firman Tuhan di atas, jika kekuatan orang sungguh bersandar di dalam TUHAN, mereka pasti memiliki hasrat yang besar untuk meng­ham­piri dan berdiam di dalam kediaman-Nya, karena mereka membutuhkan Dia. Yup, mereka akan berhasrat untuk hidup dan melakukan segala sesuatu di dalam hadirat-Nya! Inilah yang membuat mereka mengalami berkat-berkat Allah yang limpah dan mengalami kebahagiaan di dalam Dia.

Sebab itu, tak heran, jika mereka harus melintasi lembah Baka di dalam berbagai musim-musim kehi­dup­an mereka, mereka justru membuatnya menjadi tempat yang bermata air, bahkan berkat yang besar menyelubungi tiap-tiap awal musim kehidupan mereka. Luar biasa! Kata ‘lembah Baka’ di dalam terje­mahan The Amplified Bible dituliskan the Valley of Weeping yang berarti lembah tangisan atau lembah air mata, tetapi telah dibuat menjadi tempat yang bermata air. Luar biasa! Perhatikan, ayat firman Tu­han di atas menuliskan dengan begitu jelas, bahwa mereka sen­dirilah yang telah mengubahkan lembah air mata telah menjadi lembah mata air, bukan orang lain yang melakukan bagi mereka.
Ketika kita se­nantiasa hidup, bergerak dan melakukan segala sesuatu di dalam atmosfir hadirat TUHAN, maka segala tanda ajaib yang penuh dengan mujizat akan memancarkan dari setiap aspek kehidupan mereka, karena Allah bersemayam di atas hidup mereka. Yang tandus akan berubah menjadi subur. Yang penuh kega­galan akan dibuat menjadi limpah keberhasilan. Yang dikuasai oleh kelemahan akan dipenuhi oleh keku­atan yang baru. Itulah yang akan terjadi, saat kita senantiasa hidup, bergerak dan melakukan segala sesuatu di dalam hadirat-Nya. Bahkan, lebih lanjut lagi, firman Tuhan menuliskan, bahwa kita tidak akan menjadi lemah, melainkan akan berjalan makin lama makin kuat, karena hadirat TUHAN yang penuh ka­sih karunia akan senantiasa menopang dan memperbesar kapasitas kita.

Bro & Sis, adakah hari-hari ini kita sedang melintasi berbagai ‘lembah Baka’ di dalam apapun aspek hi­dup kita? Awaslah, jangan sampai kita tersesat, lalu bergerak menurut pikiran kita sendiri, tetapi berla­rilah ke hadirat TUHAN, dan terimalah pertolongan-Nya yang limpah bagi kita.

KEHADIRAN TUHAN ADALAH KUNCI
Bacaan: Mazmur 84:9-13
Ya TUHAN, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga, ya Allah Yakub. S e l a. Lihatlah perisai kami, ya Allah, pandanglah wajah orang yang Kauurapi! Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik. Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan ke­mu­liaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!

Bro & Sis, pada bagian ketiga dari mazmur bani Korah ini, kita bisa melihat bagaimana mereka memberi­kan perbandingan yang begitu ekstrim, yaitu antara kita memiliki untuk hidup, bergerak dan melakukan segala sesuatu di dalam hadirat TUHAN dengan kita berada di tempat yang lain apalagi di kemah-kemah orang fasik. Mereka seakan berkata, jika mereka harus memilih, maka mereka lebih baik satu hari di pe­la­taran TUHAN dari pada seribu hari di tem­pat. Satu berbanding seribu. Yup, hanya mereka yang telah menga­lami dan menikmati hadirat TUHAN di dalam berbagai aspek hidup mereka, yang akan memiliki hasrat seperti itu. Dan, kabar baiknya, TUHAN sungguh menginginkan, bahwa kita boleh mengalami dan menikmati berkat yang sama di berbagai aspek hidup kita. Berkat hadirat TUHAN!

Bahkan, lebih lanjut lagi, bani Korah menuliskan, jika memang tidak ada pilihan lagi, maka mereka lebih memilih untuk berdiri di ambang pintu rumah Allah dari pada diam di kemah-kemah orang fasik. Berdiri di ambang pintu rumah Allah [berarti belum masuk ke dalam, red] dibandingkan dengan diam di dalam ke­mah-ke­mah orang fasik. Hasrat akan kehadiran TUHAN yang begitu besar! Hal ini telah terjadi, karena bagi bani Korah, TUHAN adalah matahari dan perisai mereka, dan saat mereka berada di tempat kedi­am­an TUHAN dan pelataran-pelataran-Nya, mereka boleh mengalami dan melihat bagaimana ka­sih dan kemuliaan Ia berikan kepada mereka. Bagaimana mungkin bani Korah akan menukar ber­­kat yang be­­gitu mustika dengan semua kesemuan yang ditawarkan dunia? Tidak tertukarkan!

Kehadiran Allah adalah kunci dari kehidupan yang limpah dengan berkat-berkat surgawi. Ketika kita se­nantiasa dilingkupi dan dinaungi oleh hadirat Allah di dalam berbagai aspek hidup kita dan di dalam apa­pun yang kita lakukan, kita akan melihat dan mengalami bagaimana kasih karunia dan belas kasihan-Nya  senantiasa tersedia dan mengalir dengan limpah bagi kita. Dan, saat kita harus melintasi lembah-lembah Baka di dalam hidup kita, kita akan melihat bagaimana hikmat, kekuatan dan kuasa Allah mengalir begi­tu limpah bagi kita, hingga kita beroleh kemampuan untuk tetap bergerak maju hingga kita keluar dari lembah-lembah tersebut dan meraih kemenangan di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Bro & Sis, firman Tuhan menuliskan, “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh ke­be­­ra­nian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hi­dup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai ke­pa­la Rumah Allah.” (Ibrani 10:21). Kristus telah membuka jalan dengan darah-Nya yang mahal, hingga kita boleh memiliki ak­ses untuk masuk dan mengalami hadirat Allah di dalam hidup kita. Puji Tuhan! Ini adalah anu­gerah dan kemurahan yang besar. Karena itu, biarlah jiwa kita selalu dipenuhi oleh kerinduan akan kediaman Allah dan pelataran-pelataran-Nya, hingga kita boleh tetap menikmati kasih dan kemu­lia­an yang dari Dia –karena Ia sekali-sekali tidak pernah menahan kebaikan-Nya bagi kita, meski kita se­dang atau harus melintasi lembah-lembah Baka. Tuhan memberkati!

Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!

Friday, August 30, 2019

Keseimbangan

Ada banyak orang percaya berkata, bahwa kita perlu memiliki keseimbangan di dalam menjalani hidup kita, yaitu antara ibadah, keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Ini adalah item pembagian yang banyak dipakai orang, kalau kalian memiliki item pembagian yang berbeda dengan di atas, hal itu bisa dan boleh saja. Nah, kembali ke topik pembahasan kita, yaitu tentang perlunya untuk kita boleh memiliki keseimbangan di dalam menjalani berbagai item atau aspek hidup kita. Apapun itu.

Masalahnya, ada banyak dari kita yang bingung bagaimana cara menakar keseimbangan tersebut, karena seringkali apa yang kita anggap telah cukup seimbang, ternyata bagi orang lain -khususnya pasangan kita, apa yang kita lakukan itu masih kurang seimbang, atau bahkan tidak seimbang sama sekali. Bingung kan? Tak hanya itu, ternyata perbedaan pemahaman soal takaran keseimbangan ini, telah menjadi salah satu pemicu terjadinya konflik di dalam berbagai area hidup kita -terutama dengan pasangan kita, dan seringkali tidak terselesaikan.

Bro & Sis, keseimbangan di dalam menjalani berbagai area dari hidup kita adalah sebuah keharusan, tetapi besaran dari takaran tiap-tiap area kehidupan kita sangat bergantung pada keunikan masing-masing keluarga. Suami isteri perlu mendiskusikan dan meminta pimpinan Roh Kudus, agar mereka boleh menetapkan prioritas dan takaran yang tepat, sehingga mendatangkan kebaikan bagi hidup mereka sekeluarga. Perlu digarisbawahi di sini, bahwa kita perlu terus mendoakan dan meminta pimpinan Roh Kudus, agar TUHAN boleh terus mengkoreksi sisi-sisi area hidup kita yang masih belum berjalan dengan seimbang, supaya hidup kita boleh semakin maksimal di dalam Dia.

Namun, kita tidak dapat berpatokan mati dengan takaran keseimbangan yang telah disepakati, karena tidak tertutup kemungkinan bahwa sesekali (bukan setiap kali tentunya) kita terpaksa harus melanggar apa yang telah kita putuskan bersama. Hal ini bisa saja terjadi, karena ada waktu-waktu di mana TUHAN mengintervensi hidup kita, untuk kita boleh melakukan kehendak-Nya melalui hidup kita.

Saya akan memberikan contoh dari apa yang telah saya jalani dan alami selama ini. Saya telah memiliki komitmen, bahwa hari Sabtu adalah waktu saya untuk menemani steri saya berbelanja untuk kebutuhan dapur, lalu dilanjutkan acara kuliner keluarga, dan ditutup dengan acara DATE pada sore hari. Itulah keseharian saya setiap hari Sabtu. Nah, pada saat ada pengumuman bahwa dibutuhkan fasilitator untuk JPCC Men's Camp 2019 -yang kebetulan jatuh pada hari Jum'at dan Sabtu, saya pun ngobrol dengan isteri saya, dan ternyata ia setuju untuk saya mengikuti acara ini. Lalu, misalnya saja, kalau ternyata isteri saya tidak setuju, bagaimana? Jawaban saya singkat saja, ya saya tidak ikut. Ini tidak ada kaitan dengan rohani dan tidak rohani, tetapi dengan komitmen dan kesepakatan bersama.

Nah, yang perlu kita sadari di sini, bahwa dengan bergantinya musim kehidupan yang kita jalani, maka mau tidak mau kita dan pasangan hidup kita harus menata ulang prioritas dan takaran dari tiap-tiap area kehidupan kita, agar keseimbangan boleh tetap terjadi di dalam berbagai aspek hidup yang kita jalani pada musim yang baru. Itulah yang saya dan isteri saya alami dan lakukan. Kami telah menikah selama 17 tahun dan tanpa anak, saat keluarga besar memutuskan bahwa kedua keponakan isteri saya menjadi bagian dari hidup kami, karena kedua orangtua mereka telah meninggal. Perubahan musim yang mengejutkan. Yup, dari hanya hidup berdua, kini kami hidup berempat. Karena itu, mau tidak mau kami harus menata ulang prioritas dan takaran dari berbagai area di dalam hidup kami berdua, agar keseimbangan boleh tetap terjadi di tengah-tengah hidup nikah dan keluarga baru kami.

Bro & Sis, semoga coretan saya boleh memberikan bahan pemikiran buat para suami isteri, bagaimana kalian boleh memiliki kehidupan yang seimbang. GBU.


* DATE = sebutan untuk komunitas sel dimana kami berjemaat

Thursday, August 29, 2019

Karena Kasih Karunia Allah

Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami. Yesaya 26:12

Ketika aku membaca apa yang tertulis di dalam Yesaya 26:12 di atas, aku langsung teringat dengan apa yang tertulis di dalam 1 Tawarikh 29:14-16 dan Filipi 2:12-13 di bawah ini.

Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu. Sebab kami adalah orang asing di hadapan-Mu dan orang pendatang sama seperti semua nenek moyang kami; sebagai bayang-bayang hari-hari kami di atas bumi dan tidak ada harapan. Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagi-Mu rumah bagi nama-Mu yang kudus adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya. 1 Tawarikh 29:14-16

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Filipi 2:12-13

Bro & Sis, apa yang tertulis pada ketiga ayat firman Tuhan di atas telah mengingatkan dan sekaligus menyadarkan aku, bahwa semua pencapaian yang telah terjadi di dalam berbagai aspek hidup kita, baik itu di dalam aspek rohani, jiwani, jasmani dan material, telah terjadi oleh karena kasih karunia Allah di dalam Kristus Yesus. Sungguh, semuanya itu telah terjadi, karena TUHAN sendiri yang telah berkarya melalui setiap aspek hidup kita dan apa yang kita lakukan. Itu sebabnya, mengapa kita tidak patut -bahkan tidak layak menepuk dada sedikitpun atas semua pencapaian yang telah kita raih dan nikmati, sebaliknya kita patut mengucap syukur dengan segenap hati dan mengakui dengan kerendahan hati, bahwa karena kasih karunia Allah kita telah ada sebagaimana kita ada sekarang. Hei, ini bukan retorika rohani –seperti yang selalu diucapkan kebanyakan orang percaya, saat mereka boleh mencapai tingkat tertentu di dalam hidup mereka, tetapi ini adalah fakta yang harus kita sadari sepenuhnya, saat kita boleh meraih dan menikmati semua pencapaian yang ada di dalam berbagai aspek hidup kita hari ini.

Ketika kita sungguh-sungguh menyadari dan mengakui, bahwa kita telah ada sebagaimana kita ada sekarang karena kasih karunia Allah, hal itu tak hanya akan terlihat dari pengakuan kita, tetapi juga pasti akan terekspresi melalui sikap hati dan cara hidup kita di dalam keseharian kita.

SATU Kita akan makin bersandar kepada TUHAN di dalam apapun yang kita lakukan, karena kita sadar sepenuhnya bahwa semua pencapaian itu terjadi oleh karena kasih karunia Allah. Kita akan makin melekat dengan Kristus, Sang Pokok Anggur, supaya kita boleh tetap berbuah, bahkan berbuah banyak di dalam berbagai aspek hidup kita. Ironisnya, ada banyak orang percaya –setelah mereka boleh menjadi sebagaimana mereka ada sekarang, mereka justru 1] menjadi lupa diri, 2] merasa diri hebat dan 3] hidup menjauh dari Allah, Sang Sumber Kehidupan. Ini tidak seharusnya terjadi.

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Yohanes 15:4-5

DUA Kita akan mengelola dengan sebaik mungkin semua yang telah Allah karuniakan kepada kita, agar kasih karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita tidak sia-sia. Kita bukan hanya akan mengelola dengan begitu rupa, tetapi juga akan mengaturnya seturut dengan kehendak Allah, sehingga apa yang menjadi maksud Allah atas hidup kita boleh digenapkan dengan maksimal. Ironisnya, ada banyak orang percaya –setelah mereka menjadi sebagaimana mereka ada sekarang, mereka justru 1] tidak mengelola kasih karunia yang mereka terima dengan sebaik mungkin, bahkan 2] sibuk memakai semua anugerah itu untuk memuaskan hawa nafsu mereka. Ini tidak seharusnya terjadi.

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. 1 Korintus 15:10

TIGA Kita akan menjadi orang yang murah hati, karena kita telah menerima anugerah Allah dan menikmati kasih karunia-Nya di dalam kehidupan kita. Ini adalah reaksi normal yang seharusnya terjadi saat kita telah mengecapkan kebaikan-Nya, karena memang untuk itulah kita telah dianugerahi kasih karunia-Nya yang limpah, supaya kita boleh meneruskannya kepada orang lain. Komunitas kita. Ironisnya, ada banyak orang percaya –setelah mereka menjadi sebagaimana mereka ada sekarang, mereka justru menjadi tamak, kikir dan hanya mentingkan diri sendiri. Ini tidak seharusnya terjadi.

Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. 1 Petrus 3:8-9

Nah, yang menjadi pertanyaannya hari ini, jika kita memang sungguh-sungguh menyadari bahwa semua pencapaian yang telah kita raih dan nikmati hari ini telah terjadi oleh karena kasih karunia Allah di dalam Kristus Yesus, bagaimanakah respon kita terhadap semua itu, serta sikap hati dan cara hidup seperti apakah yang terekspresi melalui kehidupan kita dan di dalam keseharian hidup kita? Kiranya Roh Kudus boleh senantiasa menerangi dan menjadikan mata hati kita terang. Tuhan memberkati!