Pages

Sunday, August 23, 2020

Cara Kita Mendengar

Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya. Lukas 8:18

Ketika saya membaca ayat firman Tuhan ini -khususnya pada bagian kalimat yang telah saya bold di atas, barulah saya bisa mengerti mengapa ada banyak orang (termasuk juga orang-orang percaya) seringkali memiliki respon yang keliru atau tidak tepat, saat mereka mendengar atau menerima suatu perkataan tertentu. Kata 'perkataan' di sini tidak hanya berbicara mengenai kotbah yang kita dengar, tetapi juga termasuk masukan, nasehat, saran, koreksi, teguran, kritik atau cerita yang kita dengar. Intinya, segala bentuk ucapan orang yang disampaikan kepada kita. 


Cara kita mendengar! Inilah yang menyebabkan munculnya berbagai reaksi atau respon dari diri kita -entah itu baik atau buruk, saat kita mendengar atau menerima suatu perkataan tertentu. Kata cara tentang sikap hati atau mindset kita, saat kita mendengar ucapan atau cerita orang -entah itu berkaitan langsung atau tidak langsung dengan diri kita. Contoh, misalnya, saat kita menerima masukan tertentu dari orang lain tentang apa yang telah kita kerjakan, jika kita memiliki sikap hati atau mindset yang benar, kita akan melihat dan menerima hal itu sebagai informasi dan motivasi untuk mengerjakan dengan lebih baik lagi apa yang telah kita kerjakan itu. Intinya, kita bisa melihat dan menerima masukan itu dengan sukacita -entah siapapun yang menyampaikan, meski pada saat pertama kali kita mendengar masukan itu, hal itu sempat mendatangkan dukacita bagi ego kita. Apalagi, jika ternyata masukan itu berasal dari orang-orang yang kita harapkan, bahwa kita akan beroleh apresiasi atau pujian atas apa yang telah kita kerjakan.


Namun, jika kita memiliki sikap hati atau mindset yang salah terhadap masukan yang diberikan orang lain, kita akan menganggap hal itu sebagai sikap tidak menghargai apa yang telah kita kerjakan, lalu kita pun menjadi kecewa, merasa gagal dan patah semangat, maka ... kita akan kehilangan momentum untuk boleh mengerjakan dengan jauh lebih baik lagi dan mengalami level up atas apa yang telah kita kerjakan tersebut. Hal ini tidak boleh terjadi di dalam hidup kita, karena hanya akan 1] mendatangkan banyak kerugian bagi hidup kita sendiri -bukan bagi orang lain, dan tentu saja hal ini akan 2] mendatangkan keuntungan yang besar bagi si jahat, untuk ia boleh semakin merintangi langkah kita untuk mengalami penggenapan rencana TUHAN yang luar biasa atas hidup kita.


Kawan, apa yang tertulis di atas baru merupakan satu contoh saja, betapa pentingnya untuk kita memperhatikan cara kita mendengar atau menerima suatu perkataan tertentu dari orang-orang yang ada di sekitar kita, yaitu memiliki sikap hati atau mindset yang benar, agar kita tidak mengalami banyak kerugian, tetapi justru kita boleh menuai berkat besar yang terkandung di dalamnya, dan ... yang terlebih penting lagi, si jahat tidak beroleh kesempatan atau keuntungan apapun atas hidup kita. Hal yang sama juga berlaku, saat kita mendengar kotbah, nasehat, saran, koreksi, teguran dan kritik dari siapapun, bahkan ejekan dari orang-orang yang tidak menyukai kita, seperti yang Yesus ajarkan kepada kita semua -melalui apa yang tertulis Lukas 8:18, "Karena itu, perhatikan cara kamu mendengar."


Bertekun

Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Se­bab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu mem­per­oleh apa yang dijanjikan itu. Ibrani 10:35-36


Bro & Sis, tetap berdoa, tetap berharap dan tetap melakukan bagian kita di dalam situasi dan kondisi yang tidak ideal –yaitu di tengah wabah virus Covid 19, seperti yang sedang kita alami hari-hari ini, bukanlah perkara yang mudah. Kita mungkin masih berdoa, masih berharap dan masih me­lakukan bagian kita, tetapi kadar kepercayaan kita mulai merosot, seiring dengan perjalanan waktu me­nan­ti­kan badai segera berlalu. Kita mu­lai merasa letih untuk tetap percaya, karena kita masih belum ju­ga melihat titik terang, bahkan yang terlihat justru awan gelap yang menanti di depan kita. Ke­­tika kita mulai merasa letih untuk tetap percaya, kita pun akan mulai lesu untuk tetap berdoa, tetap ber­­ha­rap dan tetap melakukan bagian kita di dalam situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi hari-hari ini. Kita mengalami keletihan dan kelesuan di dalam penantian kita.


Ketahuilah, mengalami keletihan dan kelesuan di dalam penantian kita –khususnya di tengah wa­bah vi­rus Covid 19 ini, merupakan perkara yang sangat wajar dan manusiawi sekali. Namun, ki­ta ti­dak bo­leh membiarkan keletihan dan kelesuan ini menggerogoti kehidupan kita, tetapi kita harus me­nak­luk­­kan semua itu. Karena itu, kita harus menguatkan kepercayaan kita ke­pa­da TU­HAN dan fir­man-Nya, agar kita beroleh kekuatan untuk tetap ber­doa, tetap berharap dan te­tap me­la­ku­­kan ba­gian kita di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Sebab kita me­mer­lukan ketekunan, su­­pa­ya se­­sudah kita melakukan ke­hen­dak Allah –yaitu untuk tetap berdoa, tetap ber­­harap dan tetap me­la­ku­kan ba­gi­an kita, kita mem­per­oleh apa yang dijanjikan itu. Bro & Sis, ini adalah janji firman Tuhan bagi kita se­mua, yang tetap bertekun untuk berdoa, berharap dan melakukan bagian ki­ta, hingga badai wabah Covid 19 ini berlalu dari hidup kita, keluarga kita, kota kita dan negeri kita.


Kata bertekun berbicara bahwa kita bukan hanya masih berdoa, masih berharap dan masih melaku­kan bagian kita saja, tetapi berbicara kita tetap berdoa, tetap berharap dan tetap melakukan bagian kita dengan kadar keyakinan dan kegairahan yang tetap menyala-nyala di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu, oleh kasih karunia TUHAN dan kekuatan Roh Kudus, marilah kita mau te­tap percaya dan terus menguatkan ke­per­cayaan kita kepada Dia dan fir­­man-Nya, meski badai wabah Covid 19 masih belum juga ber­lalu hari ini. Kita tidak boleh menjadi letih dan lesu –apalagi sampai menyerah di dalam penantian kita, tetapi kita harus tetap bertekun, hingga kita menerima apa yang telah dijanjikan itu, yaitu kemenangan di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.


Doa saya, bahwa apa yang telah saya bagi­kan ini boleh menjadi kekuatan bagi kita semua –khu­sus­nya bagi kalian yang merasa letih dan lesu saat ini, agar kita boleh terus bertekun untuk tetap ber­doa, tetap berharap dan tetap melakukan bagian kita, hingga badai wa­bah virus Co­vid 19 ini ter­ha­lau dari hidup kita, keluarga kita, kota kita dan negeri kita. Tuhan memberkati. Amin.

Saturday, July 11, 2020

Berbagi Kehidupan

Aku sedang mengerjakan proyek renovasi rumah tinggal di daerah Lippo Karawaci, saat aku menulis sharing yang ingin kubagikan ini. Proyek ini tidak kukerjakan sendiri, tetapi aku berkolaborasi dengan Taufik, sesuai dengan permintaan pihak owner. Aku sebagai arsitek dan Taufik sebagai kontraktor. Ada satu kebiasaan yang hampir selalu kami lakukan, usai melakukan pengecekan pekerjaan di proyek atau pertemuan dengan pihak owner, yaitu makan siang bersama, sebelum melanjutkan aktivitas kami masing-masing.

Ketika kami makan siang sambil ngobrol tentang berbagai topik, aku sering membagikan pengetahuan dan pengalamanku selama mengerjakan proyek-proyek rumah tinggal. Aku juga sering membagikan nilai-nilai yang selama ini aku pegang, saat mengerjakan berbagai proyek rumah tinggal. Rupanya, Taufik adalah sosok yang rendah hati dan memiliki hati yang mau diajar, hal ini terlihat dari respon dan antusias yang ia miliki, saat ia mendengar apa yang aku bagikan. Bahkan, seringkali saat aku menolak untuk makan siang bersama, karena masih merasa kenyang atau harus segera melanjutkan perjalanan, Taufik akan sedikit mendesak untuk meminta waktu sebentar saja untuk ngobrol -entah itu dengan alasan makan siang atau sekedar minum kopi atau yang lain. Dan, biasanya, jika masih memiliki sedikit waktu, aku akan mengiyakan.

Bro & Sis, setelah proyek rumah tinggal ini berjalan beberapa waktu, barulah aku menyadari bahwa apa yang selama ini aku bagikan kepada Taufik, ternyata telah memberkati dirinya begitu rupa. Siang itu, seperti biasa kami melanjutkan pertemuan kami dengan makan siang bersama dan ngobrol berbagai topik, saat kami hendak bersiap-siap untuk meninggalkan meja kami, isteri Taufik menghampiri kami (kebetulan hari itu sang isteri ingin ikut Taufik ke proyek, karena lagi bosan di rumah), lalu Taufik berkata pada isterinya, "Pak Nirwan iki guruku," sambil menunjukkan kepadaku. Aku sempat terdiam mendengar apa yang dikatakan Taufik, lalu berkata, "Nggak lah Pak, aku hanya berbagi saja apa yang aku tahu selama ini."

Tak lama kemudian, saat aku sedang mengendarai mobil untuk melakukan perjalanan selanjutnya, ada sukacita dan rasa syukur yang memenuhi hatiku, karena TUHAN telah memberikan kesempatan untuk aku boleh menjadi berkat bagi Taufik, melalui hal-hal sederhana yang aku bagikan selama ini. Kembali aku disadarkan oleh Roh Kudus, bahwa menjadi berkat bagi sesama kita, tak harus dimulai dengan ide-ide yang hebat, tetapi bisa dimulai dengan kerinduan yang sederhana, yaitu kerinduan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai kehidupan sehari-hari, agar orang lain menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. 

Thursday, July 2, 2020

Menabur dan Menuai dengan Benar


Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan, menuailah menurut kasih setia! Bukalah bagimu tanah baru, sebab sudah waktunya untuk mencari TUHAN, sampai Ia datang dan menghujani kamu dengan keadilan. (Hosea 10:12 Terjemahan Baru)

Sow for yourselves according to righteousness (uprightness and right standing with God); reap according to mercy and loving-kindness. Break up your uncultivated ground, for it is time to seek the Lord, to inquire for and of Him, and to require His favor, till He comes and teaches you righteousness and rains His righteous gift of salvation upon you. (Hosea 10:12 Amplified Classic)

Kata menabur dan menuai adalah bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan kita, khususnya kita sebagai orang percaya. Kata menabur berbicara tentang bagian yang seharusnya kita lakukan di dalam berbagai bagian hidup kita, entah itu di dalam hidup nikah, keluarga, bisnis atau ministri kita; sedangkan kata menuai berbicara bagian yang boleh kita nikmati, yang merupakan buah dari apa yang telah kita lakukan (tabur) selama ini di dalam hari-hari yang kita jalani.

Ayat firman Tuhan hari ini mengingatkan, bagaimana seharusnya kita 1) menabur dan 2] menuai di dalam setiap aspek hidup kita. Saudara-saudari di dalam Kristus, selama ini kita lebih sering diajar atau dididik bagaimana kita seharusnya menabur, seperti misalnya, melalui kebenaran firman Tuhan yang tertulis di dalam Galatia 6:7, "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." Kita memang harus memperhatikan apa yang kita tabur dan bagaimana cara kita menaburnya di dalam berbagai bagian hidup kita, tetapi kita juga harus memperhatikan bagaimana cara kita menuai hasil atau buah dari apa yang telah kita tabur selama ini.

Kita tidak cukup hanya menabur sesuai dengan keadilan di dalam hidup kita, tetapi kita juga perlu menuai menurut kasih setia, itulah yang Alkitab ajarkan pada kita hari ini. Kita tidak bisa hanya asal menuai begitu saja. Alkitab terjemahan Amplified Classic menuliskan, bahwa kita haruslah menuai sesuai atau menurut belas kasihan, kasih dan kebaikan. Ketika kita menuai hasil atau buah dari apa yang telah tabur selama ini, adakah kasih setia, belas kasihan, kasih dan kebaikan di dalamnya?
  • Adakah rasa syukur kepada Tuhan atas segala kasih setia dan kasih karunia-Nya, bahwa kita boleh menuai hasil atau buah yang baik dari apa yang telah kita tabur selama ini? Ataukah, kita justru merasa diri kita hebat dan menjadi tinggi hati?
  • Adakah kita menjadi tamak dan kikir, saat kita menuai hasil atau buah dari apa yang telah kita tabur selama ini, hingga kita hanya memikirkan keinginan kita sendiri dan terintangi untuk berbagi berkat dengan orang-orang yang ada di sekitar kita?
  • Adakah kita bisa melihat bahwa segala hasil atau buah yang baik yang ada di depan mata kita adalah bukti dari kasih setia Tuhan dan karena kasih karunia-Nya atas hidup kita, hingga kita pun makin melekatkan diri kita kepada Dia di dalam segala aspek hidup kita?
  • Adakah segala kasih setia dan kasih karunia Tuhan yang telah dinyatakan di dalam hidup kita, melalui hasil atau buah yang boleh kita tuai di dalam Kristus Yesus, membuat hati kita senantiasa dipenuhi oleh belas kasihan serta memancarkan kasih dan kebaikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita -entah kita berada di rumah, di kantor atau di manapun kita berada, supaya mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa kita di sorga?
Hari ini, mari kita tidak hanya memperhatikan bagaimana cara kita menabur di dalam berbagai bagian hidup kita, tetapi kita juga bagaimana cara kita menuai hasil atau buah yang dari apa yang telah kita tabur selama ini. Doa saya, kiranya Roh Kudus boleh senantiasa menuntun kita ke dalam seluruh kebenaran firman Tuhan, baik pada saat kita menabur atau waktu kita menuai. Tuhan memberkati.

Saturday, May 23, 2020

Berbagi tentang Pencobaan #1


Anggaplah Sebagai Suatu Kebahagiaan

Yakobus 1:2-5
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah,--yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--, maka hal itu akan diberikan kepadanya.

Bro & Sis, hari-hari ini, kita sedang mengalami berbagai-bagai pencobaan yang berat –akibat wabah virus Covid 19, dan ini adalah situasi dan kondisi yang membuat kita menjadi kuatir dan tertekan. Tidak bahagia! Itulah yang kita rasakan, tetapi ... ternyata firman Tuhan malah menasehatkan kita, untuk menganggap semua ini sebagai suatu kebahagiaan. Ini benar-benar tidak masuk akal! Kita sedang mengalami apa yang membuat kita tidak bahagia, tetapi kita diminta untuk menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan.

Bro & Sis, jika kita hanya melihat kepada pencobaan yang sedang terjadi, kita memang tidak mungkin bisa menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan. Tetapi, saat ini firman Tuhan mengajak kita untuk melihat apa yang tidak terlihat oleh mata kita, saat kita mengalami pencobaan. Kita tahu, bahwa ujian terhadap iman kita itu akan menghasilkan ketekunan, dan pada akhirnya ketekunan itu akan memperoleh buah yang matang, hingga kita menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun. Inilah yang terjadi dan tidak terlihat oleh mata kita, saat kita mengalami pencobaan. Kita akan mengalami terobosan di dalam kehidupan kita, lewat berbagai pencobaan yang terjadi. Inilah yang akan membuat kita bahagia! Karena itu, meski kita sedang mengalami apa yang membuat kita tidak bahagia, firman Tuhan menasehatkan kita untuk menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan. Ini bukan untuk pencobaan-pencobaan yang sedang kita alami, tetapi untuk terobosan yang akan kita tuai.

Bro & Sis, saat kita bisa menganggap sebagai suatu kebahagiaan, apabila kita jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, maka oleh kasih karunia Tuhan kita akan memiliki kekuatan untuk menjalani dan menanggung apa yang sedang terjadi. Kita tidak lagi terfokus kepada situasi dan kondisi yang membuat kita tidak bahagia, tetapi kita melihat jauh ke depan –yaitu apa yang akan kita tuai di balik semua pencobaan yang sedang kita alami.

2 Korintus 4:16-18
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal. 

Sebab itu, jika saat ini kita sedang berjalan dan melewati lembah kekelaman di dalam kehidupan kita, anggaplah itu sebagai suatu kebahagiaan, karena kita tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang akan menanti kita di balik pencobaan-pencobaan yang sedang terjadi. Ketahuilah, bahwa kita juga tidak sendirian di dalam menjalani dan menghadapi berbagai-bagai pencobaan yang terjadi, karena Tuhan akan senantiasa menyertai dan menuntun langkah-langkah kita, seperti tertulis di dalam firman-Nya, "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah,--yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--, maka hal itu akan diberikan kepadanya." Tuhan memberkati.

Friday, May 8, 2020

Bertekun

Ibrani 10:35-36 
Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Se­bab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu mem­per­oleh apa yang dijanjikan itu. 

Bro & Sis, tetap berdoa, tetap berharap dan tetap melakukan bagian kita di dalam situasi dan kondisi yang tidak ideal –yaitu di tengah wabah virus Covid 19, seperti yang sedang kita alami hari-hari ini, bukanlah perkara yang mudah. Kita mungkin masih berdoa, masih berharap dan masih me­lakukan bagian kita, tetapi kadar kepercayaan kita mulai merosot, seiring dengan perjalanan waktu me­nan­ti­kan badai segera berlalu. Kita mu­lai merasa letih untuk tetap percaya, karena kita masih belum ju­ga melihat titik terang, bahkan yang terlihat justru awan gelap yang menanti di depan kita. Ke­­tika kita mulai merasa letih untuk tetap percaya, kita pun akan mulai lesu untuk tetap berdoa, tetap berharap dan tetap melakukan bagian kita di dalam situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi hari-hari ini. Kita mengalami keletihan dan kelesuan di dalam penantian kita.

Ketahuilah, mengalami keletihan dan kelesuan di dalam penantian kita –khususnya di tengah wa­bah vi­rus Covid 19 ini, merupakan perkara yang sangat wajar dan manusiawi sekali. Namun, ki­ta ti­dak bo­leh membiarkan keletihan dan kelesuan ini menggerogoti kehidupan kita, tetapi kita harus menakluk­­kan semua itu. Karena itu, kita harus menguatkan kepercayaan kita ke­pa­da TU­HAN dan firman-Nya, agar kita beroleh kekuatan untuk tetap ber­doa, tetap berharap dan te­tap me­la­ku­­kan bagian kita di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Sebab kita me­mer­lukan ketekunan, su­­pa­ya se­­sudah kita melakukan ke­hen­dak Allah –yaitu untuk tetap berdoa, tetap ber­­harap dan tetap me­la­ku­kan bagi­an kita, kita mem­per­oleh apa yang dijanjikan itu. Bro & Sis, ini adalah janji firman Tuhan bagi kita se­mua, yang tetap bertekun untuk berdoa, berharap dan melakukan bagian ki­ta, hingga badai wabah Covid 19 ini berlalu dari hidup kita, keluarga kita, kota kita dan negeri kita. 

Kata bertekun berbicara bahwa kita bukan hanya masih berdoa, masih berharap dan masih melakukan bagian kita saja, tetapi berbicara kita tetap berdoa, tetap berharap dan tetap melakukan bagian kita dengan kadar keyakinan dan kegairahan yang tetap menyala-nyala di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu, oleh kasih karunia TUHAN dan kekuatan Roh Kudus, marilah kita mau te­tap percaya dan terus menguatkan ke­per­cayaan kita kepada Dia dan fir­­man-Nya, meski badai wabah Covid 19 masih belum juga ber­lalu hari ini. Kita tidak boleh menjadi letih dan lesu –apalagi sampai menyerah di dalam penantian kita, tetapi kita harus tetap bertekun, hingga kita menerima apa yang telah dijanjikan itu, yaitu kemenangan di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Doa saya, bahwa apa yang telah saya bagi­kan ini boleh menjadi kekuatan bagi kita semua –khususnya bagi kalian yang merasa letih dan lesu saat ini, agar kita boleh terus bertekun untuk tetap ber­doa, tetap berharap dan tetap melakukan bagian kita, hingga badai wa­bah virus Co­vid 19 ini ter­ha­lau dari hidup kita, keluarga kita, kota kita dan negeri kita. Tuhan memberkati. Amin.

Thursday, March 19, 2020

There is A Divine Purpose Inside

Bacaan: Yesaya 61:1-9
Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, ... Yesaya 61:1

Bro & Sis, apa yang tertulis di dalam Yes 61:1 ini mengingatkan dan menyegarkan kembali apa yang selama ini TUHAN telah ajarkan kepadaku, bahwa segala sesuatu yang ada padaku -talenta, pengetahuan, materi, kesehatan, atau apapun namanya berkat yang telah kita terima itu, semua itu telah terjadi oleh karena Ia telah mengaruniakan kepada kita, seperti yang tersirat dari ayat di atas, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; ..." Karena itu, tak sepatutnya kita merasa hebat dan menepuk dada, karena semua itu telah terjadi oleh kasih karunia Allah (1 Korintus 15:10). Kita sungguh patut menaikkan ucapan syukur dan memuliakan TUHAN setiap waktu di dalam hari-hari yang kita jalani.

Namun, Bro & Sis, ayat yang kita sorot di atas tidak berhenti sampai di situ, karena ada tanda 'titik koma' setelah kalimat di atas, yang menunjukkan bahwa ada informasi dan fakta yang harus kita ketahui berkaitan dengan ayat sebelumnya. Ayat itu berbunyi, "... ; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, ..." Hei, ternyata segala kasih karunia yang telah kita terima, bukan hanya untuk memberkati diri kita saja -apalagi hanya untuk kita nikmati sendiri saja, tetapi juga untuk memberkati orang lain. Atau, menurut terminologi kita selama ini, supaya kita boleh menjadi (saluran) berkat untuk mereka yang membutuhkan bantuan.

Karena itu, saat kita menerima berbagai kasih karunia Allah di dalam setiap aspek hidup kita -apapun itu bentuknya, ketahuilah bahwa ... there is a divine purpose inside! Ada panggilan Allah di balik semua berkat yang telah kita terima. Ketika kita dipanggil untuk menerima berkat Allah di dalam Kristus Yesus, pada saat yang bersamaan, kita juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain. Kita telah diutus untuk menyalurkan berkat-berkat yang telah kita terima kepada mereka.

Akhirnya, aku ingin menutup sharing-ku ini dengan satu pesan penting, bahwa menyalurkan berkat yang telah kita terima dari Allah tidak sama dengan memberikan sumbangan -apalagi sedekah, bagi mereka yang memerlukan bantuan. Kita tak bisa hanya sekedar memberi saja -meski memiliki jumlah atau nilai yang besar sekalipun. Itu tidak cukup! Kita perlu menambahkan iman dan doa di dalamnya, agar mereka tidak hanya menerima berkat saja, tetapi mereka juga boleh mendapatkan divine blessing yang terkandung di dalamnya, sebagaimana yang Allah kehendaki. Ingat, kita adalah utusan Allah untuk menyalurkan berkat Allah di dalam hidup kita, dan kita memberi untuk memenuhi divine purpose dari Allah atas diri kita dan mereka yang menerima berkat tersebut, bukan sekedar menyalurkan berkat yang telah kita terima dari Allah. GBU.



Omongan Sampeyan Itu Benar

"Pak Nirwan, apa yang sampeyan omongkan itu emang bener, kalau kita mau memberikan layanan yang terbaik, maka para customer kita akan dipuaskan dan kita akan memiliki hubungan kerja yang baik dan langgeng dengan mereka. Karena saya sudah menerapkan omongan sampeyan itu, dan hasilnya memang sangat baik," kata rekan kerjaku, sebut saja Rafiq, saat kami meeting di sebuah coffee shop, untuk membicarakan proyek renovasi rumah tinggal yang sedang kami kerjakan bersama. Mendengar 'kesaksian' rekan kerjaku tersebut, aku sungguh bersyukur kepada TUHAN, karena aku telah beroleh kesempatan untuk menjadi berkat dan inspirasi bagi dia. Rekan kerjaku ini berbeda iman dengan aku, tetapi TUHAN telah berkenan untuk memakai aku untuk menjadi berkat dan inspirasi bagi dia. Ini adalah anugerah yang besar.

Tentu saja, jika aku hanya ngomong doang, rekan kerjaku akan menganggap semua itu sebagai angin lalu belaka, tetapi ia melihat sendiri melalui proyek yang kami kerjakan, bagaimana aku selalu berusaha memberikan layanan yang terbaik bagi customer kami. Itu sebabnya, mengapa rekan kerjaku 1] menganggap serius omonganku dan 2] termotivasi untuk menerapkan value dan etos kerja tersebut di dalam proyeknya sendiri. Dan ... ia menikmati buahnya.

Aku langsung teringat dengan visi dari gereja kami, yaitu kami melihat gereja lokal yang relevan dengan pengaruh yang mendunia, bahwa kita tidak boleh berpuas diri hanya menjadi teladan bagi orang-orang percaya (1 Timotius 4:12), tetapi kita juga harus terus bergerak maju untuk menjadi garam dan terang bagi dunia (Matius 5:13-16). Yup, dunia kerja, itulah salah satu 'dunia' dimana kita dipanggil untuk menjadi berkat dan inspirasi bagi banyak orang. Ketahuilah, lebih dari delapan jam sehari, kita melakukan aktvitas pekerjaan kita -dan tentunya juga memiliki begitu banyak kesempatan untuk 1] bertemu dengan banyak orang dan 2] menularkan nilai-nilai Kerajaan Allah dimanapun kita berada dan beraktivitas. Itulah yang selama aku berusaha lakukan, karena aku menyadari sepenuhnya, bahwa tidak ada nilai atau etos kerja yang lebih baik, kecuali kita mulai menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kita bekerja. Apapun itu. 

Karena itu, aku berdoa, supaya kita semua -para pengusaha, profesional dan karyawan Kristen, boleh membagikan dan menerapkan value dan etos bekerja yang baik di tengah-tengah dunia kerja kita, sehingga kita boleh menjadi berkat dan inspirasi bagi mereka. Bukan dengan kuat dan gagah kita, tetapi dengan bersandar kepada pimpinan dan kekuatan Roh Kudus.

Akhirnya, selamat menjadi berkat dan inspirasi di tengah-tengah dunia kerja kita, hingga mereka boleh melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa kita di surga. GBU.