Pages

Thursday, February 8, 2018

Panggilan untuk Menggembalakan

[TULISAN INI TERLAHIR USAI MENDENGARKAN KOTBAH PS. JOSE CAROL]

Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, sebab dosamu telah diampuni oleh karena nama-Nya. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu telah mengalahkan yang jahat. Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa. Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya. Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah me­ngalahkan yang jahat. 1 Yohanes 2:12-14

Kita telah belajar sesuatu yang sangat penting pada pertemuan ibadah minggu lalu, bahwa ada tiga tahap pertumbuhan rohani dan kedewasaan rohani, yaitu tahap anak, tahap orang muda, tahap bapa, lewat renungan firman Tuhan yang disampaikan oleh Ps. Jose Carol. Kotbah yang sangat penting, menurut saya.

Bro & Sis, melalui apa yang telah disampaikan oleh Ps. Jose Carol, saya disadarkan oleh Roh Kudus, bahwa kita seharusnya terus bertumbuh, dari tahap anak, lalu ke tahap orang muda, hingga tahap bapa. Jika pada tahap anak adalah menerima dan menikmati kasih karunia Allah, dan pada tahap orang muda menerima, menikmati dan mulai menerapkan kasih karunia, maka pada tahap bapa menerima, menikmati, menerapkan dan mulai menyalurkan kasih karunia kepada orang-orang yang ada di sekitar kita, entah itu mereka yang masih anak atau telah menjadi orang muda. Hei, bukankah ini seperti tanah yang mulanya menerima benih, lalu mulai bertumbuh, dan pada akhirnya menghasilkan buah -sesuai dengan benih yang telah ditabur oleh sang penabur. Ini adalah proses yang lumrah dan sudah semestinya terjadi di dalam kehidupan kita, yaitu setiap putra-putri Allah.

Ketika kita berbicara tentang tahap bapa, yaitu tahapan (bukan tabungan BCA loh) dimana kita telah menerima, telah menikmati, telah menerapkan dan mulai menyalurkan kasih karunia Allah kepada orang-orang di sekitar kita, maka ... ini bukan hanya berbicara soal menabur uang, tenaga, talenta dan waktu kita bagi mereka, tetapi lebih berbicara bagaimana kita boleh menginvestasikan hidup kita untuk membangun kehidupan orang lain, agar mereka boleh ber­tumbuh dari tahap anak, melangkap ke tahap orang muda, hingga mencapai tahap bapa -yaitu menjadi pribadi yang bukan hanya menerima, menikmati dan menerapkan kasih karunia Allah, tetapi juga boleh terus bertumbuh dan menjadi sosok yang menyalurkan kasih karunia dari Bapa Surgawi. Inilah makna yang sebenarnya tentang mencapai tahap bapa di dalam kehidupan iman kita. Coba perhatikan ayat-ayat berikut ini.

Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. De­mikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. ... Kamu tahu, betapa kami, seperti ba­pa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. 1 Tesalonika 2:7-8, 11-12

Ini adalah gambaran dari apa yang seharusnya akan terjadi, saat orang percaya mencapai tahap bapa pada kehidupan imannya di dalam Kristus Yesus. Tidak ada seorangpun akan disebut sebagai (mencapai tahap) bapa, bila ia hanya sibuk dengan urusannya sendiri, hingga ia mulai menginvestasikan hidupnya untuk anak-anaknya, seperti yang tertulis pada firman Tuhan di atas.

Karena itu, bagi saya pribadi, bacaan ayat firman Tuhan di atas, bukan hanya berbicara tentang tahapan kerohanian yang harus kita capai -tak hanya berhenti sampai pada tahap orang muda, apalagi hanya berkutat pada tahap anak saja, melainkan terus bertumbuh dan mencapai tahap bapa; tetapi juga berbicara tentang panggilan untuk menggembala­kan. Panggilan untuk memuridkan, seperti yang tertulis di dalam Matius 28:18-20: Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa mu­rid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala se­suatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Ini adalah panggilan untuk memuridkan. Panggilan untuk Menggembalakan! Ada grooming process yang terjadi di dalam hidup orang-orang yang dipercayakan Allah pada dirinya, seperti yang tertulis pada ayat di atas.

Ini adalah panggilan yang seringkali dihindari, ditolak dan diabaikan oleh sebagian besar orang percaya, bahkan oleh mereka yang telah menjadi orang Kristen bertahun-tahun. Mereka hanya berhenti dan berpuas diri pada tahap orang muda. Alkitab telah menuliskan fakta yang sungguh menyedihkan ini, seperti yang tertulis di dalam Ibrani 5:12, "Se­bab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras." Ketahuilah, saat kita tidak pernah melangkah untuk menginvestasikan hidup kita, yaitu untuk membangun kehidupan orang lain, maka kehidupan rohani kita akan mengalami kemandegan bahkan kejenuhan -dan bukan tak mungkin akan mengalami kemerosotan. Kita akan mengalami kemerosotan rohani dan menjadi seorang bocah Kristen tua! Mengapa? Sebab, saat kita seharusnya mulai melangkah untuk menjadi bapa, pemurid dan pengajar, tetapi kita lalu berusaha menghindari tahap dan panggilan tersebut, sesungguhnya kita sedang berjalan di tempat di dalam perjalanan dan pertumbuhan iman kita. Orang Kristen yang berjalan di tempat akan mengalami kemandegan dan kejenuhan, tetapi orang beriman yang mau bergerak terus di perjalanan iman mereka, mereka akan mengalami kehidupan iman yang terus bertumbuh dan makin bergairah di dalam Kristus Yesus. Mereka mungkin akan mengalami banyak pergumulan, tetapi mereka me­ngalami pengalaman-pengalaman ilahi bersama dengan Bapa di dalam Kristus Yesus, yang membuat kehidupan iman mereka senantiasa limpah kehidupan dan penuh kegairahan. Alkitab menuliskan, "Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini." (1 Timotius 4:6).

Lalu, apakah yang selama ini telah merintangi kebanyakan dari kita, untuk kita mulai memasuki tahap bapa dan memenuhi panggilan Allah untuk menggembalakan kawanan domba-Nya? Kasih akan Tuhan yang masih terbatasi! Alki­tab menulis: Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Ma­ka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata ke­pa­da-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gem­balakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:17). Bukti, bahwa kita memang mengasihi Tuhan Yesus tanpa terbatasi, kita pun akan bersegera untuk memenuhi panggilan-Nya, yaitu untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Namun, bila kasih kita akan Tuhan masih terus terbatasi -yaitu kasih akan Tuhan yang masih terbatasi oleh kasih akan diri sendiri, maka kita tidak akan pernah sanggup untuk memenuhi panggilan Tuhan untuk menggembalakan kawanan domba-Nya. Kita tidak akan sanggup me­ngasihi Tuhan tanpa terbatasi, selama kita masih sibuk mengasihani diri sen­diri, hingga kita terus-menerus berdalih un­tuk menghindari panggilan Tuhan tersebut atas hidup kita. Ketika kita selalu merasa tidak mampu, merasa tidak la­yak, takut gagal, takut membuat kecewa, dan hal-hal yang serupa dengan itu, sesungguhnya kita sedang sibuk menga­sihani diri kita sendiri, karena kita hanya memikirkan kelemahan-kelemahan yang pada diri sendiri, dan bukannya apa yang menjadi kerinduan Tuhan atas diri kita.

Hari ini, mari kita mau berhenti untuk mengasihani diri kita, entah itu karena kita selalu berpijak dan hanya memandang pada kegagalan masa lalu, ketidaklayakan hari ini atau kekuatiran akan apa yang ada di depan, karena semua ini bukan tentang diri kita, tetapi ini semua hanya tentang TUHAN saja. Kita hanya perlu mengikuti panggilan Tuhan dengan taat saja. Dan, segala sesuatu yang masih membebani hati dan langkah kita, biarlah TUHAN yang mengurus semuanya itu bagi kita. Kita hanya perlu memberikan diri kita untuk menggembalakan kawanan domba-Nya. Itu saja yang perlu kita lakukan, selebihnya itu adalah urusan Tuhan. Belajarlah dari Simon Petrus, sebagaimana yang tertulis di dalam Lukas 5:5: Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi ka­rena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Atau, dengan bahasa yang lebih sederhana, mari kita mau berkata, "Tuhan Yesus, meski aku seringkali gagal di masa lalu, hingga hari ini aku selalu merasa tidak layak, dan hatiku dipenuhi kekuatiran akan apa yang akan terjadi di depan nanti, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan mengikuti panggilan-Mu juga, yaitu untuk menggembalakan kawanan domba-Mu, karena aku mengasihi-Mu." Akhir­nya, mari kita bersegera untuk memenuhi panggilan Tuhan, dan ... lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. (Yohanes 4:35). Tuhan memberkati.