Pages

Sunday, July 29, 2018

To Talk of God, Must be Taught by God

To talk of God, must be taught by God. Kata-kata di atas bukanlah ciptaan saya, tetapi ini adalah kata-kata yang saya dengar dari seorang pengajar Alkitab, saat saya sedang mengikuti sebuah seminar. Kata-kata ini begitu membekas dan mempengaruhi perjalanan pelayanan saya, terutama saat saya sedang mempersiapkan materi kotbah atau membuat artikel dan renungan.

Komsel (kelompok sel) kami dipercaya untuk membuat acara gathering dari beberapa komsel, dan tema yang diusung adalah Spirit-Led (Dipimpin oleh Roh). Ketika komsel kami sedang sibuk mempersiapkan acara gathering tersebut, dan sementara itu saya juga sedang mempersiapkan materi sharing untuk saya sampaikan di acara gathering tersebut, kata-kata di atas melintas di pikiran saya dan berbicara dengan kuat di dalam hati saya. Roh Kudus bukanlah obyek yang kami bicarakan di dalam acara gathering tersebut, tetapi Dia justru adalah subyek dari pembicaraan kami di dalam acara tersebut. Saya seperti tersadar. Kami sibuk menyiapkan acara gathering dengan tema Spirit-Led, hingga kami tidak menyadari bahwa kami telah menempatkan Roh Kudus sebagai obyek dari tema gathering kami, padahal kami sedang mengusung tema Dipimpin oleh Roh.

Saya bertobat! Jika kami hendak berbicara tentang Roh Kudus, seharusnya kami memberikan tempat bagi Roh Kudus untuk memimpin dan mengajar kami, dan bukannya menjadikan Dia sebagai obyek belajar kami. Kami pun segera merubah cara kami mempersiapkan acara gathering tersebut, kami meminta dan memberikan tempat bagi Roh Kudus, agar Ia boleh memimpin dan mengajar kami apa yang harus kami lakukan, untuk mempersiapkan acara gathering kami tersebut.

Singkat cerita. Acara gathering pun berlangsung. Luar biasa! Kami melihat, bagaimana Roh Kudus berkarya dan memberkati setiap bagian dari acara gathering tersebut, mulai dari acara game, pujian, kotbah hingga saat kami makan bersama. Mereka yang hadir memberikan apresiasi dan kesaksian, bagaimana mereka begitu diberkati dengan acara gathering tersebut. Kami pun sadar, bahwa ini bukan tentang kami -apalagi karena kami, tetapi ini adalah tentang Roh Kudus -yaitu Penghibur dan Penolong yang diutus Bapa dalam nama Yesus (Yohanes 14:26). Ini sepenuhnya adalah karya Roh Kudus, dan kami hanya saluran dari karunia-Nya! Kiranya, tulisan singkat ini boleh mengingatkan kita semua, untuk kita tidak lagi menjadikan Roh Kudus sebagai obyek di dalam hidup kita, tetapi kita boleh memberikan diri kita untuk dipimpin oleh-Nya di dalam berbagai aspek hidup kita. GBU.

Friday, July 27, 2018

Gunung Batu Keluputan

1 Samuel 23:19-28
Tetapi beberapa orang Zif pergi menghadap Saul di Gibea dan berkata: "Daud menyembunyikan diri dekat kami di kubu-kubu gunung dekat Koresa, di bukit Hakhila, di sebelah selatan padang belantara. Oleh sebab itu, jika tuanku raja berkenan datang, silakanlah datang; tanggungan kamilah untuk menyerahkan dia ke dalam tangan raja." Berkatalah Saul: "Diberkatilah kiranya kamu oleh TUHAN, karena kamu menunjukkan sayangmu kepadaku. Baiklah pergi, carilah kepastian lagi, berusahalah mengetahui di mana ia berada dan siapa yang telah melihat dia di sana; sebab telah dikatakan orang kepadaku, bahwa ia sangat cerdik. Berusahalah mengetahui segala tempat persembunyiannya. Kemudian datanglah kembali kepadaku dengan kabar yang pasti; dan aku akan pergi bersama-sama dengan kamu. Sesungguhnya, jika ia ada di dalam negeri, maka aku akan meneliti dia di antara segala ribuan orang Yehuda." Lalu berkemaslah mereka pergi ke Zif, mendahului Saul. Daud dan orang-orangnya ada di padang gurun Maon, di dataran di sebelah selatan padang belantara. Ketika Saul dengan orang-orangnya pergi mencari Daud, diberitahukanlah hal itu kepada Daud, lalu pergilah ia ke gunung batu dan tinggal di padang gurun Maon. Saul mendengar hal itu, lalu mengejar Daud di padang gurun Maon; Saul berjalan dari sisi gunung sebelah sini dan Daud dengan orang-orangnya dari sisi gunung sebelah sana. Daud cepat-cepat mengelakkan Saul; tetapi Saul dengan orang-orangnya sudah hampir mengepung Daud serta orang-orangnya untuk menangkap mereka, ketika seorang suruhan datang kepada Saul dengan pesan: "Segeralah undur, sebab orang Filistin telah menyerbu negeri." Maka berhentilah Saul mengejar Daud dan pergi menghadapi orang Filistin. Itulah sebabnya orang menyebut tempat itu: Gunung Batu Keluputan.

Bro & Sis in Christ, apa yang tertulis di dalam 1 Samuel 23:19-28 menunjukkan dengan begitu jelas, betapa kita sungguh dapat mempercayai Allah sebagai Gunung Batu Keluputan di dalam berbagai aspek hidup kita.

Ketika beberapa orang Zif mengadakan persekongkolan dengan Saul, untuk mengepung, menjebak dan menangkap Daud, maka Allah sendiri telah bertindak untuk memberikan keluputan bagi dia. Alkitab mencatat, bahwa saat Saul dan orang-orang sudah hampir mengepung Daud serta orang-orangnya untuk menangkap mereka, maka Allah telah mengubah keadaan berbalik 180 derajat; dari Daud serta orang-orangnya yang semula berada dalam keadaan terancam oleh Saul dan orang-orangnya, tiba-tiba keadaan berbalik begitu rupa, dan dalam sekejab mata justru Saul dan orang-orangnya yang kini berada dalam kondisi terancam serbuan orang Filistin. Huh ... nyaris saja, mungkin itu yang terucap di dalam hati dan pikiran Daud serta orang-orangnya.

Hari ini, bagaimana dengan kita? Ketahuilah, tak perduli berapa banyak orang yang hendak mengepung kita, untuk menjatuhkan atau merugikan kehidupan kita, ketahuilah bahwa Allah adalah Gunung Batu Keluputan kita. Sebab, bagi Dia, terlalu mudah untuk membalikkan keadaan kita, meski keadaan yang terjadi sudah hampir menjatuhkan atau merugikan kehidupan kita -entah itu hidup pribadi, hidup nikah, hidup keluarga, hidup bisnis atau hidup ministri kita. Karena itu, jangan pernah menyerah, tetapi bersandarlah terus kepada TUHAN di dalam segala aspek dan segala situasi hidup kita, dan tetap lakukan bagian kita dengan penuh ketekunan. Amin!