Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! (Mzm 103:2)
Ketika saya membaca mazmur dari Daud ini, yaitu Mazmur 103, ayat firman Tuhan yang tertulis di atas begitu menarik perhatian saya. Daud, sang pemazmur ini, berkata, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, ...” tetapi sepertinya ini bukan perkara yang mudah baginya pada saat itu, karena ia lalu melanjutkan lagi, “... janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” Hmm, sepertinya Daud menyadari, bahwa jiwa kita baru bisa memuji TUHAN dengan sepenuh hati, saat kita diingatkan (lebih tepatnya, disadarkan) kembali akan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita. Sebab, pujian kepada TUHAN hanya akan meluap dari hati yang dipenuhi oleh ucapan syukur dan sukacita atas segala kebaikan-Nya, yaitu saat kita senantiasa teringat (tersadar) akan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita. Ini lebih dari sekedar menyanyikan lagu-lagu rohani. A gratefull heart!
Kembali kepada apa yang tertulis di dalam Mazmur 103:2 di atas. Ketika saya merenungkan kembali ayat firman Tuhan tersebut, maka saya melihat, bahwa sesungguhnya kita semua berpotensi untuk bisa melupakan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita. Saya melihat, bahwa setidaknya ada dua sikon yang berpotensi untuk membuat kita terlupakan akan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita, hingga hati kita tidak lagi dipenuhi oleh ucapan syukur dan sukacita, dan terintangi untuk menaikkan puji-pujian kepada Dia.
SATU, saat hati kita dibutakan oleh berkat-berkat yang telah kita terima, hingga kita tidak lagi mengingat akan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita. Jiwa kita tidak lagi melimpah dengan puji-pujian kepada Dia. Kita mulai mengabaikan TUHAN! Ini tidak sepatutnya terjadi. Karena itu, hari ini, mari kita senantiasa sadar diri dan mengingat akan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita, dan tidak membiarkan berkat yang telah kita terima membutakan hati kita. Saya berdoa, kiranya segala berkat yang telah kita terima, justru semakin melekatkan hati kita kepada TUHAN, yang telah menyatakan segala kebaikan-Nya kepada kita, hingga jiwa kita senantiasa meluap dengan ucapan syukur, sukacita, dan ... puji-pujian kepada TUHAN kita.
DUA, saat hati kita dipahitkan oleh berbagai problema dan kegagalan yang kita alami, hingga kita tidak lagi teringat akan segala kebaikan TUHAN yang telah kita terima dan selalu tersedia bagi kita. Kita begitu dibutakan dengan sikon kita yang buruk, hingga terlupakan akan segala kebaikan TUHAN atas diri kita. Kita kehilangan kekuatan untuk bangkit dari problema dan kegagalan yang sedang kita hadapi. Ini tidak boleh terjadi! Ketahuilah, bahwa kebaikan TUHAN selalu tersedia bagi kita, anak-anak-Nya –bahkan kebajikan dan kemurahan-Nya senantiasa mengikuti kita, seumur hidup kita. Karena itu, janganlah pernah biarkan segala problema dan kegagalan yang sedang kita alami, membuat kita terlupakan akan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita. Saya berdoa, kiranya kita boleh kembali dan senantiasa mengingat akan segala kebaikan TUHAN di tengah berbagai problema dan kegagalan yang sedang kita hadapi, bahwa kebaikan-Nya tidak pernah berhenti untuk melawat hidup kita, dan akan menuntun kita di dalam jalan kemenangan-Nya. Saya berdoa, kiranya puji-pujian kepada TUHAN kembali meluap dari jiwa kita, dan menghancurkan setiap benteng-benteng problema dan kegagalan yang sedang mengepung hidup kita, karena kebaikan-Nya senantiasa melingkupi hidup kita.
Lalu, yang menjadi pertanyaan di sini, mengapa perihal tentang memuji TUHAN begitu penting, hingga Daud memerintahkan kepada jiwanya, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku ...” Bahkan, Daud sendiri telah bersaksi, “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.” (Mazmur 119:164). Saya melihat, bahwa setidaknya ada tiga alasan penting. Pertama, agar kita selalu teringat dan terkoneksi dengan TUHAN, hingga iman kita tetap terpelihara di dalam Kristus –entah kita berada di dalam kondisi yang baik ataupun situasi yang buruk. Kedua, agar iman kita boleh terus bertumbuh dan makin teguh di dalam Kristus, karena telinga kita senantiasa mendengar puji-pujian yang keluar dari hati dan mulut kita. Ketiga, sebab ada dampak yang luar biasa –entah itu pertolongan, kelepasan atau mujizat, saat kita menaikkan puji-pujian kepada TUHAN dengan sepenuh hati yang percaya, karena TUHAN bersemayam di atas puji-pujian kita (Mazmur 22:4). Hmm, tak heran, mengapa Daud begitu perduli tentang memuji TUHAN. Bagaimana dengan kita?
Karena itu, pada akhir dari coretan perenungan saya ini, saya ingin mengajak kalian semua, untuk kita tidak pernah melupakan akan segala kebaikan TUHAN di dalam hidup kita, agar jiwa kita selalu dipenuhi oleh ucapan syukur, sukacita, dan ... puji-pujian kepada Dia dari waktu ke waktu. Tuhan memberkati.